kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi Terkendali, Kinerja Bisnis Emiten Konglomerat Ikut Melesat


Senin, 04 April 2022 / 17:43 WIB
Pandemi Terkendali, Kinerja Bisnis Emiten Konglomerat Ikut Melesat
ILUSTRASI. Pengendalian pandemi covid-19 yang diiringi pemulihan ekonomi turut mengangkat kinerja emiten konglomerasi.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Di samping kinerja perusahaan yang relatif lebih terjaga, berinvestasi di saham-saham konglomerasi juga bisa mendatangkan cuan lewat pembagian dividen yang lebih stabil. Abdul Azis mencontohkan INDF dan ICBP yang memiliki dividend payout ratio relatif stabil di 38%-49%.

"Selain itu juga pergerakan harga saham yang cenderung tidak begitu fluktuatif. INDF dan ICBP memiliki histori pembagian dividen yang cukup besar, dan rasio DPR dan dividend yield yang cenderung stabil," ujar Abdul Azis.

Nico juga mengamini bahwa dividend yield dan dividend payout ratio menjadi dua kata kunci penting untuk mencari perusahaan yang royal membagikan dividen. Mengenai dividen yield, Nico mencatat INDF berada di angka 4,6% dan ICBP sebesar 2,86%.

Baca Juga: Usai All Time High, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Selasa (5/4)

Sedangkan di Group Astra, UNTR memiliki yield dividen 3,12% dan ASII sebanyak 1,97%. "Berapa dividen yield yang tinggi? yaitu yang nilainya di atas 5%. Berarti kalau mendekati 5% itu juga memberikan dividen besar," ujar Nico.

Pandhu menyambung, Group Astra dan Group Salim menjadi konglomerasi yang royal membagikan dividen, dengan dividen pay out ratio mencapai kisaran 40%-50% dari laba bersih. Hal ini akan menarik untuk investor jangka panjang.

Dengan outlook positif tahun ini, dan dorongan dari daya beli masyarakat yang semakin meningkat, Pandhu pun merekomendasikan untuk mengoleksi saham INDF dengan target harga Rp 7.500 untuk 12 bulan ke depan.

"Sedangkan untuk sektor komoditas meski kinerja kuat dan menawarkan imbal hasil dividen yang menggiurkan, kami tidak begitu yakin akan dapat bertahan di harga tinggi seperti saat ini. Sehingga lebih baik terus dipantau karena ada risiko penurunan harga komoditas," terang Pandhu.

Baca Juga: IHSG Mencapai Rekor Baru 7.116 Pada Senin (4/4) Diiringi Net Buy Asing

Sebagai alternatif untuk melakukan trading, secara teknikal Pandhu memandang ada beberapa emiten yang menarik untuk dicermati pelaku pasar seperti MDKA, AGII dan ADRO.

Sementara itu, Nico memberikan rekomendasi buy untuk saham Group Salim, yakni INDF dan ICBP dengan target harga (TP) masing-masing di Rp 8.250 dan Rp 10.800.

Untuk saham di jejaring konglomerasi lainnya, Nico menyarankan pelaku pasar untuk buy ASII dengan target harga di Rp 7.100 per saham dan UNTR dengan target harga Rp 30.300 per saham. Kemudian buy saham BSDE dengan target harga Rp 1.400 per saham. Adapun untuk LPKR Nico menyarankan hold dengan target harga di Rp 170 per saham.

Sedangkan Abdul Azis menjagokan saham ASII, UNTR dan BSDE. Dia melihat kinerja ASII masih akan terdorong oleh insentif PPnBM, UNTR mendapatkan katalis dari efek target produksi batubara dan dampaknya ke penggunaan alat berat, serta BSDE yang dipoles oleh fase pemulihan sektor properti.

"Untuk ASII, UNTR, dan BSDE dapat dilakukan buy dengan potensi kenaikan 10%-15%, tetapi tetap batasi risiko jika terjadi penurunan 3%," tandas Abdul Azis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×