Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menaikkan bea impor barang dari China sebanyak 25%, harga minyak jatuh cukup dalam diikuti penguatan dollar AS terhadap mata uang global lainnya.
Namun, di tengah tekanan tersebut, diam-diam beberapa harga logam mulia merangkak naik, salah satunya paladium
Mengutip data Bloomberg harga Paladium tercatat naik 1,11% ke harga US$ 1.342,90 per ons troi, Selasa (7/5). Bahkan, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menggadang-gadang prospek paladium di 2019 lebih baik ketimbang jenis logam mulia lainnya.
Dari sisi sentimen mirip dengan sentimen perak, yang mana pergerakan harga paladium cenderung dipengaruhi sentimen perang dagang antara AS dengan China. Hanya saja, prospek paladium jauh lebih menarik karena memiliki spekulasi rendah dan dari sisi harga masih positif.
Secara teknikal, paladium masih akan menguat meskipun tidak terlalu tajam. Ini dilihat dari bollinger bands 40% dan moving average di atas bull bear bawah. Begitu juga dengan indikator stochastic 60% positif.
"Untuk saat ini, investor disarankan wait and see dulu, sebelum masuk ke paladium, sembari menunggu informasi perang dagang," ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (7/5).
Ibrahim memperkirakan harga paladium akan bergerak pada rentang support US$ 1.340,50 per ons troi dan resistance US$ 1.341 per ons troi. Sedangkan untuk sepekan, rentangnya berada di level US$ 1.340 per ons troi hingga US$ 1.341,70 per ons troi.
"Dilihat dari harga, prospek paladium lebih menarik, apalagi harganya terus menanjak dan sekarang jadi primadona," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News