Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
Larangan tersebut dinilai tidak berlaku bagi perdagangan internasional. “Produk MARK sendiri dibutuhkan oleh industri sarung tangan kesehatan yang dalam masa pandemi ini sangat tinggi permintaannya,” ungkap dia.
Sampai saat ini, mayoritas ekspor produk MARK ditujukan ke Malaysia yang notabene memiliki kontribusi penjualan di kisaran 50%--60%. Selain Malaysia, China juga menjadi negara tujuan ekspor MARK.
Ridwan menambahkan, MARK juga berupaya meningkatkan penjualannya di pasar domestik kendati kontribusinya baru sekitar 5% dari total penjualan perusahaan. Produk cetakan sarung tangan MARK umumnya dijual di wilayah Sumatera Utara, mengingat pabrik sarung tangan lokal sebagian besar berada di kawasan tersebut.
Sebagai informasi, kinerja MARK terbilang positif di tiga bulan pertama 2021. Penjualan MARK melesat 124,74% (yoy) menjadi Rp 217,57 miliar, sedangkan laba bersihnya tumbuh 196,83% (yoy) menjadi Rp 69,31 miliar. Hingga akhir tahun nanti, Manajemen MARK membidik jumlah penjualan sebanyak Rp 1,1 triliun.
Selanjutnya: Pelat Timah Nusantara (NIKL) raih penjualan US$ 90,62 juta di semester I-2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News