Reporter: Wahyu Satriani, Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Orang-orang kaya Indonesia begitu dahaga akan instrumen investasi. Tak heran, penawaran sukuk ritel seri SR-006 yang memberikan imbalan 8,75% setahun, laris manis bak kacang goreng.
Sepekan ditawarkan, total pemesanan surat utang syariah ini mencapai Rp 11,23 triliun. Padahal, masa penawaran sukuk ritel ini masih akan berlangsung hingga akhir pekan ini (28/2).
Nilai penawaran sukuk yang masuk berasal dari 19.372 investor ritel. "Data ini berdasarkan laporan penjualan agen per 21 Februari 2014 pukul 17.00 WIB," ungkap Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, kepada KONTAN, Minggu (23/2).
Jika dibuat rata-rata, berarti setiap investor membeli sukuk ritel senilai Rp 579 juta. Ini artinya, pembeli sukuk ritel kebanyakan kalangan menengah ke atas. Sesuai aturan, setiap investor boleh memesan maksimal Rp 5 miliar.
Calon penikmat hasil sukuk ritel didominasi orang-orang kaya di Jakarta. Lihat saja, penjualan sukuk ritel dari Jakarta mengambil porsi 47,55% dari total pemesanan yang masuk. Investor dari wilayah Indonesia Barat non-Jakarta mencapai 39,55%, Indonesia Tengah mencapai 8,04%, sementara Indonesia Timur cuma 4,86%.
Sebagai catatan, masa penawaran sukuk ritel berlangsung dari 14-28 Februari 2014. Pemerintah menargetkan bisa menyerap dana Rp 18 triliun-Rp 20 triliun dari SR-006.
Nah, lantaran permintaan bejibun, para agen penjual pun kewalahan. Agen penjual sukuk pun bakal meminta tambahan kuota.
Ambil contoh Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), yang hingga akhir pekan lalu telah menerima pemesanan SR-006 sekitar Rp 1,5 triliun dari 1.200 investor. Jadi rata-rata satu investor membeli sukuk ritel senilai Rp 1,25 miliar.
Vice President Product Development BNI, Teddy Atmaja, mengatakan, BNI menargetkan bisa menjual SR-006 senilai Rp 2,2 triliun. Melihat besarnya minat investor, BNI akan meminta tambahan jatah atau upsize kepada pemerintah. "Upsize mungkin hingga Rp 500 miliar," ujar Teddy.
Agen penjual sukuk ritel lain, Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga diserbu investor. Menurut Direktur Utama BCA, Jahja Setiatmadja, pihaknya sudah menerima pesanan sukri senilai Rp 701,95 miliar dari 2.136 investor. BCA belum berniat meminta upsize. "Sebab jatah kami hingga Rp 1,4 triliun," ujar Jahja.
Jatah sukuk ritel yang dijual Sucorinvest Central Gani sebesar Rp 300 miliar bahkan sudah ludes kurang dari sepekan. Menurut Ratih D. Item, Presiden Direktur Sucorinvest Central Gani, mayoritas investor memesan SR-006 senilai Rp 1 miliar-Rp 5 miliar. "Kami belum berniat meminta upsize," kata Ratih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News