kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OPEC+ tunda keputusan pemangkasan produksi, harga minyak mentah acuan melemah


Selasa, 01 Desember 2020 / 06:00 WIB
OPEC+ tunda keputusan pemangkasan produksi, harga minyak mentah acuan melemah
ILUSTRASI. harga minyak melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah turun tipis pada perdagangan awal pekan ini karena ketidakpastian tentang apakah produsen minyak utama dunia akan setuju untuk memperpanjang pemotongan produksi dalam pembicaraan minggu ini.

Senin (30/11) harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2021 melemah 1,2% ke level US$ 47,59 per barel. Sedangkan, untuk kontrak pengiriman bulan Februari 2021 yang lebih aktif diperdagangkan, harga Brent melemah 37 sen menjadi US$ 47,88 per barel.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2021 melemah 0,4% ke level US4 45,34 per barel. 

Penurunan harga minyak mentah di awal pekan ini terjadi setelah si emas hitam ini menikmati bulan yang kuat sepanjang November ini. Kedua harga minyak acuan ini sudah melonjak sekitar 27% dalam kenaikan bulanan terbesar sejak Mei 2020. 

Baca Juga: Saat pandemi, duit orang-orang tajir banyak diparkir di deposito dan obligasi

Sokongan terkuat bagi harga minyak di bulan November datang berkat harapan untuk vaksin Covid-19 yang akan datang dan mungkin dapat membantu aktivitas ekonomi dan mengeret permintaan minyak. 

Kini pasar masih menunggu hasil pertemuan antara OPEC dan sekutunya yang tergabung dalam OPEC+, untuk mencapai kesepakatan mengenai apakah akan mengurangi pengurangan pasokan dari 7,7 juta barel per hari saat ini.

Namun, OPEC+ menunda pembicaraan tentang kebijakan produksi minyak 2021 hingga Kamis (3/12). Hal itu diungkapkan tiga sumber Reuters. 

Alasannya, karena para pemain utama masih dalam ketidaksepakatan tentang berapa banyak minyak yang harus mereka pompakan di tengah permintaan yang lemah.

OPEC+, telah dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan pada hari Selasa (1/12) setelah diskusi dengan para menteri utama pada hari Minggu (29/11) gagal mencapai konsensus.

Sebelumnya, OEPC+ dijadwalkan untuk mengurangi pemotongan produksi saat ini sebesar 2 juta barel per hari mulai Januari 2021. Tetapi dengan permintaan yang masih di bawah tekanan dari pandemi virus corona, OPEC+ telah mempertimbangkan untuk memperpanjang pemotongan saat ini dengan opsi tambahan selama tiga bulan hingga enam bulan ke depan. Posisi ini mendapat dukungan dari pemimpin OPEC de facto, Arab Saudi.

Namun, kenaikan harga minyak yang terjadi di bulan November karena pengembangan vaksin Covid-19 meningkatkan harapan akan pemulihan ekonomi yang dapat meningkatkan permintaan bahan bakar.

"Jika kami sampai pada titik persetujuan vaksin darurat, itu akan mendukung, tetapi pasar memahami bahwa untuk beberapa minggu ke depan kami akan membutuhkan beberapa dukungan dari OPEC," kata Phil Flynn, analis senior Price Futures Group di Chicago.

Baca Juga: Asing malah koleksi saham-saham ini saat IHSG dilanda kepanikan Senin (30/11)

Sebuah jajak pendapat Reuters dari 40 ekonom dan analis memperkirakan harga rata-rata Brent ada di kisaran US$ 49,35 per barel untuk tahun depan, memperkirakan bahwa harga akan mengalami masalah dalam mempertahankan reli.

Permintaan telah pulih di Asia tetapi tidak di Eropa dan AS, memberikan OPEC+ dengan "pilihan yang menantang apakah akan menunda atau membawa kembali lebih banyak minyak," kata analis FXTM, Hussein Sayed.

Sementara itu, Goldman Sachs lebih optimistis. Dalam risetnya, Goldman Sachs mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 di musim dingin tidak akan mencegah penyeimbangan kembali pasar minyak sebagai akibat dari kemajuan vaksin. Itu membuat Brent naik menjadi US$ 65 pada 2021.

Selanjutnya: Wall Street koreksi di penghujung November, aksi profit taking jadi pemberat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×