Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Molornya sejumlah proyek pembangkit listrik, membuat PT Adaro Energy Tbk (ADRO) merogoh kocek lebih tebal. Adapun salah satu proyek yang tertunda itu adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Batang, Jawa Tengah.
Garibaldi Thohir, Direktur Utama ADRO mengatakan, tertundanya proyek disebabkan proses akuisisi lahan yang lambat. "Sebelum akuisisi lahan selesai, financial closing tidak bisa dilakukan," ujarnya, Selasa (22/10).
Sekadar informasi, konsorsium Adaro, Electric Power Development Co., (J-Power), dan Itochu Group tengah mencari dana eksternal sekitar US$ 3 miliar untuk mendanai mega proyek tersebut.
Konsorsium ini telah memperoleh kesepakatan pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Tetapi, berhubung nasib akuisisi lahan belum jelas, maka, konsorsium ini belum bisa mencairkan pinjaman.
Namun, Boy mengklaim hal itu tidak menjadi masalah. Perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) telah diperpanjang hingga Oktober 2014 mendatang. Biaya investasi untuk membangun proyek berkapasitas 2.000 megawatt (MW) senilai US$ 4 miliar.
Nah, adanya perpanjangan PPA berpotensi membuat ongkos membengkak. "Tapi tidak terlalu besar lah naiknya," tuturnya tanpa menyebutkan berapa besar kenaikannya.
Ia meyakinkan, tahun depan, proses akuisisi lahan bisa kelar sepenuhnya. Asal tahu saja, proyek Batang ini telah molor dua tahun lamanya. Awalnya, proses konstruksi dijadwalkan Oktober 2011. Kemudian molor hingga Oktober 2012 sebelumnya mundur lagi ke Oktober tahun depan.
Dalam mengeksekusi proyek ini, Adaro, J-Power dan Itochu mendirikan perusahaan patungan bernama PT Bhimasena Power Indonesia. Adaro dan J-Power masing-masing menguasai 34%. Sedangkan sisanya dikendalikan Itochu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News