kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Oke Gas! Intip Rekomendasi Saham & Strategi Investasi Menyambut Prabowo-Gibran


Kamis, 21 Maret 2024 / 03:30 WIB
Oke Gas! Intip Rekomendasi Saham & Strategi Investasi Menyambut Prabowo-Gibran
ILUSTRASI. Pelemahan yang terjadi pada IHSG sejatinya masih merupakan koreksi wajar akibat profit taking.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sesuai tenggat, Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi mengumumkan hasil Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada Rabu (20/3). Berdasarkan rekapitulasi KPU, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menang di Pilpres 2024.

Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 itu meraup sebanyak 96.214.691 suara. Setara dengan 58,46% dari total suara, unggul dibandingkan dua pasangan calon lainnya. Kemenangan satu putaran Prabowo-Gibran sejatinya sudah terprediksi usai unggul telak dalam hitung cepat (quick count).

Pelaku pasar pun tak kaget lantaran hasil ini sudah terprediksi. Hanya saja, ada sederet sentimen yang bertebaran, sehingga pasar tak lantas 'oke gas' menyambut pelanjut Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bersamaan dengan momentum pengumuman KPU, para investor juga mencerna agenda penting lainnya. Terutama soal arah kebijakan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan FOMC Meeting bank sentral Amerika Serikat, The Fed.

Baca Juga: Rekapitulasi Rampung, Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024

Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah bergerak di zona merah sepanjang Rabu (20/3). Meski akhirnya berhasil memangkas pelemahan di sesi II hingga menutup perdagangan dengan penurunan tipis 0,08% ke level 7.331,12.

Analis RHB Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi mengamati pelemahan yang terjadi pada IHSG sejatinya masih merupakan koreksi wajar. Akibat aksi profit taking pasca IHSG menembus level all time high pada pekan lalu, disertai meredupnya euforia sentimen dividen dari bank big caps.

Pada saat yang sama, para investor sudah mengantisipasi suku bunga acuan masih tetap bertahan, dan Prabowo-Gibran menang dalam hasil rekapitulasi KPU. Namun terkait sentimen politik, pasar juga waspada terhadap gejolak yang mungkin terjadi pasca pengumuman hasil Pemilu.

Apalagi sudah ada sejumlah aksi unjuk rasa. Wacana hak angket di parlemen pun tetap mengemuka, dan potensi gugatan ke Mahkamah Konstitusi masih terbuka. "Itu yang perlu menjadi catatan, terutama dari sisi magnitude gejolaknya, dan berapa lama terjadi. Tapi selama masih wajar, investor akan mem-priced in," kata Wafi kepada Kontan.co.id, Rabu (20/3).

Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.331 Rabu (20/3), BBRI, ASII, ACES Paling Banyak Net Buy Asing

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, selama tidak ada kericuhan, dinamika politik tidak akan membawa dampak negatif yang signifikan mengganggu IHSG. Apabila berjalan lancar, sentimen lanjutan yang bakal menggerakkan pasar adalah pembentukan kabinet baru dan realisasi program presiden terpilih. 

Momentum tersebut juga bisa membawa angin segar, terutama bagi saham-saham emiten milik konglomerat yang menjadi pendukung Prabowo-Gibran. "Tapi itu tergantung siapa yang masuk ke kabinet atau apakah kebijakan presiden nantinya turut memberikan keuntungan atau tidak," ungkap William.

Dalam jangka pendek, William menaksir IHSG akan terlebih dulu bergerak pada area 7.270-7.400 dengan kecenderungan melemah terbatas. Namun, ini justru bisa menjadi peluang mengoleksi saham saat terjadi koreksi. "Di akhir bulan ini ada kemungkinan untuk bottoming, jadi buy on weakness bisa dilakukan," saran William.

Sedangkan Wafi memprediksi IHSG cenderung bergerak sideways pada rentang 7.300-7.500. Dia menyarankan agar lebih selektif jika ingin melakukan trading. Cermati saham-saham yang belum mengalami kenaikan tinggi atau yang penurunannya sudah cukup dalam.

Saham-saham yang sudah melonjak tinggi, bisa dipertimbangkan untuk profit taking, kemudian menunggu momentum koreksi jika ingin buy back. "Untuk investor jangka panjang masih bisa melakukan averaging," kata Wafi. 

Baca Juga: Wall Street Dibuka Bergerak Tipis Menjelang Keputusan The Fed

Sesuaikan Strategi Investasi

Tapi investor juga perlu menyiapkan skenario jika dinamika politik justru memanas. Associate Director Jasa Utama Capital Sekuritas Hadrian Maynard mengingatkan dalam situasi ketegangan politik, pasar saham biasanya merasakan dampak langsung sehingga menjadi kurang menarik bagi investor yang menghindari risiko (risk averse).

Hal itu sering kali memicu langkah strategis dari investor untuk melakukan switching portofolio. Beralih dari aset berisiko seperti saham ke aset yang dianggap lebih aman seperti obligasi pemerintah, deposito, atau emas.

"Langkah ini diambil sebagai bentuk manuver defensif menghadapi ketidakpastian, meminimalkan risiko kerugian dan memanfaatkan peluang dari aset safe haven yang biasanya lebih tahan banting di tengah gejolak sosial politik," ungkap Hadrian.

Tak hanya soal politik, Investment Team Syailendra Capital Michael Tjandradjaja menyoroti bahwa pilihan instrumen investasi juga perlu mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan yang diekspektasikan terjadi pada tahun ini. Dus, investor bisa mempertimbangkan untuk memiliki porsi yang lebih banyak di obligasi.

"Apabila suku bunga turun, maka kupon akan terlihat menarik, sehingga memberikan potensi return dari harga jual obligasi tersebut. Untuk sentimen politik, obligasi juga memberikan kestabilan lebih baik dibandingkan saham," sebut Michael.

Baca Juga: Arah IHSG Ditopang Kebijakan Moneter Terbaru Kamis (21/3)

Bagi yang masih tertarik di pasar saham, Hadrian menyarankan strategi cicil beli atawa dollar cost averaging (DCA) pada saham-saham undervalued bagi investor pemburu keuntungan jangka panjang. Sementara bagi yang lebih memilih trading jangka pendek, bisa memanfaatkan volatilitas pasar dengan trading plan yang disiplin.

Hadrian menjagokan saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan target masing-masing di Rp 7.825 dan Rp 472. Sedangkan William menyarankan fokus ke emiten energi dan telekomunikasi.

William menyodorkan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada menyarankan untuk memilah saham-saham yang sebelumnya melemah, namun ada potensi rebound. Reza melirik saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×