kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

OJK Catat Outflow Pasar Saham dan SBN Masih Terjadi di Bulan September 2023


Selasa, 10 Oktober 2023 / 15:07 WIB
OJK Catat Outflow Pasar Saham dan SBN Masih Terjadi di Bulan September 2023
ILUSTRASI. Aktivitas di kantor?Bahana Sekuritas. OJK Catat Outflow Pasar Saham dan SBN Masih Terjadi di Bulan September 2023


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih mencatat terjadinya outflow di pasar modal Indonesia selama bulan September 2023. Asing ramai menarik modal keluar terutama di pasar surat utang.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan, pasar saham Indonesia sampai dengan 29 September 2023 melemah tipis sebesar 0,19% mtd ke level 6.939,89.

Dari situ, investor asing atau disebut non resident mencatatkan outflow sebesar Rp 4,06 triliun mtd utamanya akibat transaksi crossing.

Namun aliran dana investasi yang keluar dari pasar modal RI di bulan September terpantau berkurang, jika dibandingkan outflflow Agustus sebesar Rp 20,10 triliun mtd.

Baca Juga: Modal Asing Keluar, Cadangan Devisa Diproyeksi Turun pada September 2023

“Beberapa sektor di IHSG pada September 2023 masih dapat menguat di antaranya sektor barang baku dan sektor energi,” ungkap Inarno dalam Rapat Dewan Komisioner OJK, Senin (9/10).

Secara year to date hingga 29 September 2023, IHSG tercatat menguat sebesar 1,30% dengan non-resident membukukan net sell sebesar Rp 5,24 triliun dibandingkan net sell sebesar 1,18 triliun ytd di akhir Agustus.

Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham di September 2023 meningkat menjadi Rp 11,36 triliun mtd dan Rp 10,49 triliun ytd.

Hanya saja, pasar Surat Berharga Negara (SBN) membukukan outflow investor asing bulan September sebesar Rp 23,30 triliun mtd dibandingkan outflow Rp 8,89 triliun mtd pada Agustus.

Hal itu mendorong kenaikan yield SBN rata-rata sebesar 26,54 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 15,38 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp 60,81 triliun ytd.

Baca Juga: Menakar Potensi Capital Inflow di Kuartal IV, Cermati Saham-Saham Favorit Asing Ini

Di pasar obligasi korporasi, indeks pasar obligasi ICBI melemah 1,18% mtd namun secara ytd masih menguat 5,91% ke level 365,17. Aliran dana keluar investor non-resident di pasar obligasi korporasi tercatat sebesar Rp349,15 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp911,13 miliar.

OJK melihat divergensi kinerja perekonomian global masih terus berlanjut. Di Amerika Serikat (AS), tingkat inflasi yang masih tinggi di tengah masih solidnya kinerja perekonomian mendorong kebijakan The Fed diprediksi lebih hawkish.

Sedangkan Eropa tingkat inflasi masih tercatat tinggi walaupun kinerja perekonomian terus lemah. Hal ini mendorong otoritas moneter Eropa kembali menaikkan suku bunganya, namun  mengisyaratkan tingkat suku bunga saat ini telah mencapai puncak.

Sementara itu di Tiongkok, pemulihan ekonomi yang belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global. Insentif fiskal dan moneter yang dikeluarkan otoritas pun masih terbatas.

Baca Juga: Arus Modal Asing Hengkang Rp 7,77 Triliun di September, Ini Kata BI

Perkembangan tersebut mendorong berlanjutnya kenaikan yield surat utang di AS dan penguatan USD sehingga menyebabkan tekanan outflow dari pasar emerging markets termasuk Indonesia. Volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar saham, obligasi, dan nilai tukar juga dalam tren meningkat.

Di perekonomian domestik, tingkat inflasi meningkat 3,27% yoy, sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 3,3 persen, didorong oleh kenaikan harga sebagian besar kelompok pengeluaran, terutama kategori makanan, minuman dan tembakau.

Tren pergerakan inflasi inti masih melambat, menurun menjadi 2,18% yoy, yang tercermin juga dari rendahnya penjualan ritel. Namun demikian, kinerja sektor korporasi relatif masih baik terlihat dari PMI Manufaktur yang terus berada di zona ekspansi dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×