Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diprediksi masih akan tertekan hingga akhir tahun. Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh Federal Reserve masih akan menggiring pergerakan rupiah.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan, bahwa pada umumnya akhir tahun aktifitas pasar rupiah berkurang salah satunya karena faktor liburan.
"Kondisi tersebut tertekan pula oleh penguatan dolar AS yang kemungkinan terjadinya sejumlah likuidasi terhadap posisi dolar," ungkap Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (24/10).
Baca Juga: Spread Dengan US Treasury Makin Tipis, Masih Ada Outlflow Investor Asing di Pasar SUN
Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed yang masih akan berlanjut hingga akhir tahun ini membuat dolar AS semakin perkasa, sekaligus membenamkan mata uang lainnya seperti rupiah. Pada sisa tahun ini, The Fed diperkirakan bakal meningkatkan suku bunga untuk dua kali kenaikan.
Sampai akhir tahun, Sutopo memperkirakan akan berada di kisaran Rp 15.500 per dolar AS. Sedangkan untuk proyeksi rupiah tahun depan, nasib rupiah tergantung kebijakan sejumlah bank sentral negara maju dan kemana arah dari perang Rusia-Ukraina.
Sutopo bilang, dolar AS sebenarnya juga berpotensi tertekan. Hal tersebut karena adanya perbedaan pendapat antara Pejabat The Fed terkait kebijakan suku bunga. Pelemahan juga bisa dipicu reaksi yang timbul dari intervensi bank sentral lainnya seperti Bank of Japan (BoJ) dan sejumlah kenaikan suku bunga dari negara maju.
Baca Juga: Rupiah Anjlok, Dana Asing di Pasar SBN Terus Berkurang
Nah, setelah inflasi terkendali dan The Fed kembali memangkas suku bunga, maka momentum itu baik untuk euro dan poundsterling.
Sutopo menuturkan, untuk jangka menengah, mata uang euro dan poundsterling yang sudah murah sudah bisa mulai dikoleksi secara bertahap. Mata uang yang terdepresiasi berat dari ekonomi maju seperti poundsterling ataupun euro kemungkinan akan mengalami tren reversal jangka pendek dan menengah dalam waktu dekat paling lama dalam 2-3 bulan ini.
"Jadi, memegang sejumlah posisi dolar yang sudah mahal menjadi tidak prospektif di akhir tahun," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News