Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT OBM Drilchem Tbk (OBMD) menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 3,8 miliar untuk tahun 2022. Rencananya, produsen bahan aditif berteknologi serat untuk aktivitas pengeboran ini akan menggunakan dana tersebut untuk memaksimalkan utilisasi fasilitas produksi.
Sekretaris Perusahaan OBM Drilchem Erik Jahja mengatakan, pihaknya akan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi menjadi 100%, dari 80%. Saat ini, OBMD memiliki dua mesin produksi dengan total kapasitas 300.000 sak per tahun.
Pusat produksi beserta fasilitas riset OBMD berada di daerah Karawang, Jawa Barat. Lokasinya terletak di kawasan industri strategis untuk distribusi nasional maupun internasional.
Optimalisasi kapasitas tersebut dilakukan melalui perluasan fasilitas gudang dan area produksi. "Hal ini sejalan dengan rencana peningkatan penjualan dan proyek baru di tahun 2022," kata Erik saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (14/1).
Baca Juga: Optimalkan Utilisasi Produksi, OBM Drilchem (OBMD) Siapkan Capex Rp 3,8 Miliar
Menurut Erik, dana capex tahun 2022 yang sebesar Rp 3,8 miliar bakal bersumber dari laba operasional perusahaan. Sebagai gambaran, per September 2021, OBMD membukukan laba usaha Rp 4,99 miliar, merosot 63,43% year on year (yoy) dari Rp 13,63 miliar.
Kemudian, laba komprehensif tahun berjalan setelah pajak OBMD tercatat sebesar Rp 4,19 miliar atau merosot 67,15% yoy. Hingga akhir tahun 2021, OBMD menargetkan bisa meraih laba bersih Rp 7 miliar dengan pendapatan Rp 62 miliar.
Untuk tahun 2022, OBMD menargetkan pendapatan dan laba bersihnya dapat meningkat 20%. Demi mencapai target tersebut, selain meningkatkan utilisasi produksinya, OBMD juga akan menambah distributor hub untuk penjualan produk-produknya di luar negeri.
"Kami sudah memiliki hub di Norwegia, Pakistan, India, dan Thailand. Saat ini, kami sedang melakukan set up hub baru di Abu Dhabi, Rusia, dan Arab Saudi dalam dua tahun ke depan," ungkap Erik.
Baca Juga: OBM Drilchem (OBMD) Membidik Pendapatan 2022 Tumbuh 20%
Tim research and development (R&D) OBMD juga akan melakukan inovasi produk di pabrik demi menghasilkan produk yang memiliki efektivitas, efisiensi, dan produktivitas yang tinggi. Dengan begitu, produk OBMD memberikan keuntungan maksimal bagi konsumen.
Perlu diketahui, OBMD menjual produknya ke perusahaan lumpur dan operator pengeboran minyak dan gas di domestik maupun luar negeri. Sebut saja India, Australia, Thailand, dan Pakistan.
Untuk tahun 2022, OBMD menargetkan komposisi penjualan lokal sebesar 70% dan ekspor sebesar 30%. Menurut Erik, OBMD masih sangat optimistis dengan perkembangan usaha di dalam negeri.
"Mengingat, pemerintah Indonesia menargetkan dapat memproduksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas sebanyak 12 miliar kaki kubik per hari (BCFD) pada tahun 2030," ucap dia.
Baca Juga: Baru listing, berikut target pertumbuhan kinerja OBM Drilchem tahun 2021 dan 2022
OBMD juga akan terbantu dengan dana hasil initial public offering (IPO) yang sebesar Rp 32,76 miliar. Mengingat, dana ini akan digunakan untuk membeli bahan baku berupa serbuk serat selulosa dan kalsium karbonat guna mengantisipasi kontrak-kontrak yang akan diperoleh perusahaan di masa mendatang.
Sebagai informasi, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1996 ini menjual produk-produk yang mencegah kerugian saat pengeboran. Produk-produknya dapat mengurangi waktu non-produktif di site, membantu meningkatkan stabilitas sumur bor, mencegah kehilangan cairan pada sumur bor, mencegah penempelan diferensial, mengurangi torsi dan tarikan yang berlebihan, dan meningkatkan pembersihan lubang.
OBMD juga menawarkan berbagai jenis jasa terkait kegiatan on-site dan off-site, meliputi pembuatan desain proposal teknis dan solusi sesuai dengan jenis sumur masing-masing, menyediakan jasa engineering dan pelatihan dalam penggunaan produk-produk perusahaan on-site, dan menyediakan jasa custom design dan produk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelanggan.
Baca Juga: Resmi tercatat di BEI, harga saham OBM Drilchem (OBMD) sempat turun 6,11%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News