Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau masih mengandung risiko, prospek investasi obligasi korporasi masih tergolong positif. Hal ini didukung oleh pergerakan indeks obligasi tersebut yang cukup baik di awal tahun 2019.
Mengutip IBPA, kinerja INDOBeX Corporate Total Return tumbuh 0,36% secara year to date (ytd) di level 263,81 hingga Senin (14/1). Pencapaian ini lebih baik dari INDOBeX Government Total Return yang terkoreksi 0,04% (ytd) ke level 236,41 hingga hari ini.
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menyampaikan, pergerakan indeks obligasi pemerintah cenderung masih fluktuaktif walaupun sebenarnya ada sejumlah sentimen positif di pasar. Misalnya tren penguatan rupiah dan masuknya dana investor asing ke pasar obligasi domestik.
Beruntung, obligasi korporasi tertolong oleh karakteristik pergerakan harganya yang relatif lebih terbatas. Selain itu, perbedaan selisih imbal hasil dan tenor juga mempengaruhi pergerakan indeks obligasi korporasi. “Kinerja obligasi korporasi masih positif akibat kupon yang lebih tinggi dan tenor yang lebih pendek sehingga risiko pasar lebih rendah,” ungkap Anil, hari ini.
Ia pun yakin, kupon yang tinggi membuat obligasi korporasi masih bisa menjadi pilihan investasi menarik bagi para investor. Utamanya investor yang berorientasi menahan kepemilikan hingga jatuh tempo.
Selain itu, pamor obligasi korporasi dipercaya tidak berkurang kendati pemerintah secara masif menerbitkan obligasi ritel sepanjang tahun ini. Pasalnya, kedua instrumen ini memiliki pangsa pasar dan karakter investor yang berbeda.
Terbatasnya kenaikan suku bunga acuan di tahun ini juga berpotensi membuat suplai obligasi korporasi lebih terjaga. Dalam hal ini, penerbitan obligasi korporasi berpeluang tetap ramai lantaran beban cost of fund perusahaan berangsur-angsur berkurang.
Hanya saja, investor perlu mencermati potensi perlambatan ekonomi global di tahun ini. Sebab, gejolak ekonomi bisa saja mengganggu kinerja keuangan dan prospek bisnis sejumlah perusahaan penerbit obligasi. “Ini akan mempengaruhi peringkat utang perusahaan yang kemudian berlanjut pada meningkatnya risiko gagal bayar,” papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News