kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Obligasi korporasi di semester II: Mereka yang tancap gas dan yang mundur teratur


Rabu, 24 Juli 2019 / 21:11 WIB
Obligasi korporasi di semester II: Mereka yang tancap gas dan yang mundur teratur


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi korporasi di semester dua tahun ini diprediksi akan masih ramai. Head of Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda menyebut salah satu sebabnya adalah penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia. BI resmi menurunkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate menjadi 5,75%. Penurunan itu diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun.

Thendra mengatakan penurunan suku bunga menjadi salah satu opsi yang menarik. “Karena bisa menurunkan cost of fund perusahaan,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/7).

Meski begitu Thendra juga menggarisbawahi mengenai kebutuhan masing-masing perusahaan. Biasanya perusahaan cenderung akan memilih menerbitkan obligasi apabila hal itu digunakan perusahaan untuk ekspansi bisnis. “Karena pembayaran pokok pada akhir jatuh tempo serta bunga obligasi bersifat fixed,” ujarnya. 

Akibatnya perusahaan lebih bisa leluasa untuk mengatur arus kas pada keuangannya.

Senada, Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebut kondisi makro ekonomi di semester II-2019 lebih menarik bagi emiten untuk menerbitkan obligasi. Penurunan suku bunga membuat beban kupon obligasi lebih ringan. “Pada satu sisi, kepastian politik juga sudah relatif stabil,” kata Wawan.

Wawan juga menggarisbawahi tren penurunan suku bunga yang masih bisa berlanjut. “Sehingga apabila emiten yang relatif menahan penerbitan obligasi, mungkin karena masih mengintai potensi penurunan suku bunga lebih lanjut,” tutur Wawan.

Meski tampak prospektif, namun beberapa emiten yang beberapa waktu lalu sempat menunjukkan ketertarikan untuk menerbitkan obligasi malah mundur teratur. Salah satunya adalah PT Bank Bukopin Tbk (BBKP).

Awalnya, BBKP berencana menerbitkan obligasi sub-debt dengan target dana Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun. Langkah itu awalnya ditempuh perusahaan untuk meluaskan kredit perusahaan terutama ke segmen ritel. Selain itu BBKP juga berencana menyuntik dana ke entitas anaknya yakni Bank Syariah Bukopin dan Bukopin Finance.

Namun rencana itu ditunda. Sebab, BBKP lebih memilih meraih pendanaan melalui aksi rights issue. Direktur Keuangan PT Bank Bukopin Tbk Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa penerbitan obligasi maupun rights issue memiliki fungsi yang sama. 

“Perbedaannya hanya pada jangka waktu pembayaran dan adanya kewajiban imbal hasil. Sedangkan rights issue permanen,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (24/7).

BBKP menilai saat ini potensi pengumpulan dana melalui rights issue lebih kuat daripada penerbitan obligasi. Perkembangan kinerja serta kondisi pasar keuangan ke depan menjadi pertimbangan. “Selain itu dengan rights issue dampaknya lebih permanen dan lebih efisien dari sisi biaya,” tandasnya.

Selain rights issue, BBKP juga sedang menyiapkan instrumen surat berharga dalam bentuk KIK-EBA. “Sehingga opsi penerbitan sub-debt dapat dilaksanakan pada tahap berikutnya,” imbuhnya.

Selain BBKP, PT Humpuss Intermoda Tranportasi Tbk (HITS) juga sudah menyatakan akan menunda penerbitan obligasinya. HITS memang sedang berperkara dengan pengadilan Singapura lantaran kalah dengan Borelli Walsh, likuidator kepailitan anak perusahaan HITS, Humpuss Sea Transport. Namun, bukan itu alasan mereka menunda penerbitan obligasi.

Direktur utama HITS Budi Haryono mengatakan, penerbitan itu lantaran pihaknya masih menunggu rating dari lembaga pemeringkat Fitch. Fitch masih akan melihat bagaimana realisasi kerjasama HITS dengan pihak ketiga.

Pasalnya, satu buah kapal baru yang diproyeksikan akan digunakan untuk mengangkut petrochemical bersama Pertamina batal. “Tapi kita optimistis bisa ditutup dengan kerjasama melalui pihak ketiga yang akan deal akhir bulan ini,” ujar Budi kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

Ada yang menunda, namun ada juga yang tetap akan tancap gas. Salah satunya adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT). Emiten konstruksi plat merah ini memastikan rencana mereka untuk menerbitkan obligasi senilai Rp 4 triliun di kuartal ketiga tahun ini tetap berjalan.

Sekretaris perusahaan WSKT Shastia menyebut penerbitan obligasi dipilih WSKT untuk menyeimbangkan portofolio utang jangka panjang dan utang jangka pendek. “Serta opsi bunga yang kami tawarkan saya rasa lebih kompetitif,” katanya, Kamis (24/7).

Bila ditilik, total liabilitas jangka pendek WSKT mencapai Rp 50,70 triliun per triwulan I-2019. Sedangkan untuk liabilitas jangka panjangnya mencapai Rp 42,68 triliun.

Shastia menyebut nantinya obligasi tersebut akan digunakan WSKT untuk modal kerja pada proyek yang dikerjakan. “Saat ini prosesnya kami masih melakukan rating instrumen dengan lembaga rating,” ujarnya.

Meski begitu, Shastia mengatakan penerbitan obligasi dalam jumlah jumbo itu tidak akan membebani perusahaan. Dirinya bilang covenant atas rasio utang terhadap ekuitas adalah sebesar tiga kali. “Sedangkan rasio utang terhadap ekuitas kami masih 2,3 kali,” ujarnya.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Entitas anak WSKT yaitu Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) juga masih akan tetap pada rencana menerbitkan obligasi senilai Rp 1,5 triliun di sisa tahun ini. Meski begitu, WSBP tidak akan terburu-buru mengambil langkah tersebut.

Sekretaris perusahaan WSBP Fathia Syarufah menyebut pihaknya saat ini masih fokus merealisasikan penggunaan obligasi senilai Rp 500 miliar yang baru saja cair beberapa waktu lalu. Sebesar 40% dari dana tersebut dialokasikan untuk modal kerja. Sedangkan sisanya digunakan WSBP untuk membangun pabrik di Penajam, Kalimantan Timur.

Meski begitu Fathia memastikan bahwa obligasi senilai Rp 1,5 triliun itu tetap akan diterbitkan tahun ini. WSBP disebutnya tak khawatir lantaran debt equity ratio perusahaan masih aman di bawah 1x. “Sedangkan covenant kami di kisaran 2,5x sehingga kami masih memiliki keleluasaan yang cukup untuk meraih pinjaman, termasuk menerbitkan obligasi” ujar Fathia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×