Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Indonesia kian memikat di mata investor global. Salah satu indikasinya, hasil penawaran surat utang berdenominasi dollar AS alias global bond banjir peminat.
Pada masa penawaran yang berlangsung Kamis (8/1), global bond Indonesia mendulang permintaan US$ 19,3 miliar atau 4,8 kali dari target penerbitan yang senilai US$ 4 miliar. Toh, pemerintah tetap menyerap sesuai target.
Pengamat ekonomi Lana Soelistianingsih menilai, peminat global bond Indonesia membanjir lantaran likuiditas global sedang tinggi. Maklum, Eropa dan Jepang sedang menggelontorkan stimulus. Situasi domestik juga mendukung.
Investor menaruh harapan peringkat surat utang Indonesia mencapai investment grade, BBB. Pekan ini, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menegaskan peringkat BB+ untuk penerbitan utang Indonesia berdenominasi dollar. "Investor surat utang sangat sensitif terhadap peringkat utang," ungkap Lana, Jumat (9/1).
Harapan itu muncul menyusul kebijakan pemerintah mencabut subsidi bahan bakar minyak. Maka, Lana menilai, Surat Utang Negara (SUN) valas ini menarik. Apalagi kuponnya relatif tinggi. "Investor berpikir,
kupon sekarang tinggi. Kalau sudah investment grade, tidak bakal menawarkan kupon setinggi saat ini," jelasnya.
Global bond 2015 terbit dalam dua seri, yaitu bertenor 10 tahun dan 30 tahun dengan kupon 4,125% dan 5,125%. Dibandingkan negara lain, peringkat utang Indonesia sejajar dengan Turki dan Kolombia.
Menurut Lana, dibanding dua negara itu, Indonesia masih paling menarik karena potensi investment grade.
Sepanjang 2015, pemerintah akan menerbitkan tiga SUN valas, yaitu global sukuk, samurai bond dan eurobond.
Lana memperkirakan, sukuk global bakal paling diburu, karena berdenominasi dollar AS, terutama dari pasar Timur Tengah yang umumnya banjir likuiditas.
Analis Fixed Income BNI Securities, I Made Adi Saputra sependapat, global sukuk paling berpeluang kelebihan permintaan. “Asal penerbitannya sebelum fed fund rate naik," ungkapnya.
Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia Anup Kumar menyebutkan, tingkat kupon SUN valas mengikuti perkembangan ekonomi global. Selain itu, fundamental makro domestik akan mempengaruhi tingkat kupon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News