Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Derasnya arus global menuju transisi energi membuat perusahaan konstruksi beralih fokus menjajaki bisnis energi baru dan terbarukan (EBT). Selain karena potensi proyeknya yang besar, penjajakan ke sektor setrum hijau juga memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Adanya tren penyediaan listrik bersih yang dilakukan perusahaan konstruksi Tanah Air, Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai sentimen positif akan memperkuat prospek bisnis dan saham emiten konstruksi dalam jangka waktu menengah.
Teguh melihat belakangan ini emiten konstruksi/infrastruktur tidak hanya membangun jalan tol, pelabuhan, bandara, tetapi juga ke proyek energi baru terbarukan.
“Meski membangun pembangkit EBT perlu waktu, tetapi perusahaan konstruksi sudah memulainya dari sekarang,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (30/11).
Teguh memprediksi, beberapa tahun ke depan, fokus emiten konstruksi akan lebih besar ke sektor energi bersih lantaran banyak proyek yang akan datang dari segmen ini.
Baca Juga: Hingga 5 Tahun ke Depan, META Perkirakan Kebutuhan Dana Mencapai Rp 9 Triliun
“Proyek energi terbarukan cenderung akan lebih banyak dibandingkan proyek infrastruktur lain. Ini memang menarik menurut saya,” terangnya.
Maka itu, Teguh melihat prospek bisnis EBT yang potensial ini akan memberikan sentimen positif pada saham-saham emiten konstruksi dalam jangka waktu menengah.
Sejatinya, emiten konstruksi milik Salim Group, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) sudah melihat prospek energi terbarukan dari jauh-jauh hari. Bisnis pembangkit EBT ini dijalankan oleh anak perusahaan META, yakni PT Energi Infranusantara (EI) yang telah didirikan pada 2012.
Selain itu, META juga menggarap bisnis EBT ini melalui entitas anak tidak langsung, yaitu PT Inpola Meka Energi (IME).
Direktur Utama Energi Infranusantara, Ridwan Irawan menjelaskan hingga saat ini bisnis jalan tol masih memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan META.
Namun sektor bisnis energi baru terbarukan (EBT) juga ditargetkan dapat terus berkembang sehingga memberikan peningkatan kontribusi yang signifikan.
“Tentunya dengan mempertimbangkan besaran belanja modal, timing dan manajemen resiko pada masing-masing projek yang bersangkutan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (13/11).
Ridwan memaparkan, META telah memiliki sejumlah proyek energi terbarukan dalam pipeline yang siap untuk dikembangkan, termasuk juga pembangkit hidro, biomassa dan surya. Dia bilang, pelaksanaannya akan disesuaikan dengan prosedur dan proses yang diselenggarakan oleh PLN.
Secara umum, pengembangan kapasitas pembangkit EBT akan terus bertambah sesuai dengan roadmap dalam RUPTL 2021-2030. Pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 menargetkan penambahan kapasitas pembangkit EBT baru sebesar 10,6 GW sampai dengan tahun 2025.
Selanjutnya, 10,3 GW dalam 5 tahun berikutnya sehingga akan ada penambahan kapasitas hingga 20,9 GW hingga 2030.
Dengan target ini, Pemerintah memproyeksikan bauran EBT mencapai 23% pada tahun 2025 dan 25% pada tahun 2030. Dari target penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 20,9 GW tersebut, ditargetkan kontribusi sektor swasta (IPP) mencapai 11,8 GW.
“Hal ini tentu merupakan kesempatan dan prospek bisnis yang sangat baik bagi para pengusaha IPP di Indonesia, termasuk Perusahaan,” ujarnya.
Melihat hal ini, Nusantara Infrastructure sangat antusias berpartisipasi dalam pengembangan pembangkit EBT baru. Namun, Ridwan memberikan catatan, saat ini pengembangan IPP di Indonesia harus berjalan sesuai dengan roadmap yang telah ditentukan oleh Pemerintah dalam RUPTL 2021-2030.
Baca Juga: Anak Usaha Nusantara Infrastructure (META) Kini Kuasai 40% Saham Jalan Layang MBZ
Maka itu, Ridwan memproyeksikan, META dapat meraih peningkatan pendapatan dari segmen energi terbarukan hingga dua kali lipat atau tiga kali lipat dibandingkan pendapatan saat ini dalam 5 tahun ke depan.
Kepercayaan diri ini berdasarkan asumsi jika terjadi perbaikan neraca daya di Indonesia. Selain itu juga didukung serapan PLN atas produksi listrik energi bersih dari pembangkit EBT eksisting maupun pembangkit EBT baru.
Melalui Energi Infranusantara dan Inpola Meka Energi, pihaknya mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lau Gunung yang berlokasi di Kecamatan Tanah Pinem, Sumatra Utara.
PLTA ini berkapasitas 2 x 7,5 Megawatt (MW) yang telah selesai pada tahun 2020 dan sudah mulai beroperasi (Commercial Operating Date/COD) sejak 16 Desember 2020.
Tidak hanya itu, META juga mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) di Siantan, Desa Wajok Hulu, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Pembangkit ini berkapasitas 1x15 MW yang telah mulai beroperasi sejak 23 April 2018 melalui Energi Infranusantara dan entitas anak tidak langsung, yaitu PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari (RPSL).
PLTBm Siantan menjadi pembangkit energi terbarukan pertama di Kalimantan Barat dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi gasifikasi. Lebih jelasnya, teknologi ini merupakan boiler dengan tipe water tube menggunakan bahan bakar yang berasal dari sumber daya alami misalnya cangkang kelapa sawit dan kayu.
Ke depannya, Ridwan mengakui pihaknya sedang menjajaki rencana untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di jalanan tol milik META.
Baca Juga: Pendapatan Turun, Laba Bersih Nusantara Infrastructure (META) Naik di Semester I
Melansir kinerja keuangan META yang berakhir di September 2022, total pendapatan dan penjualan senilai Rp 614,64 miliar. Pada periode ini, pendapatan META masih didominasi dari bisnis jasa pengelola jalan tol senilai Rp 438,29 miliar, diikuti segmen energi Rp 122,58 miliar, dan sisanya penyediaan air Rp 53,76 miliar.
Pendapatan energi hingga kuartal III 2022, tercatat mengalami peningkatan 5,27% secara tahunan (YoY) dari yang sebelumnya Rp 114,93 miliar menjadi Rp 122,58 miliar.
Di periode ini, META mencatatkan lonjakan laba bersih hingga 244,3% YoY dari yang sebelumnya Rp 28,89 miliar menjadi Rp 99,5 miliar
Saham META ditutup menguat 2,34% di Rp 131 per saham pada sesi I perdagangan, Rabu (30/11). Pergerakan saham META cukup baik di mana pada periode Year to Date (YTD) performanya naik 14,92%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News