kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

New normal dinilai tidak akan berdampak siginifikan pada kinerja Surya Citra (SCMA)


Senin, 01 Juni 2020 / 15:59 WIB
New normal dinilai tidak akan berdampak siginifikan pada kinerja Surya Citra (SCMA)
ILUSTRASI. Surya Citra Media Tbk. Foto:?scm.co.id


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana untuk segera melonggarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan menerapkan situasi yang disebut dengan new normal.

Situasi ini diharapkan bisa kembali memutar roda ekonomi yang sempat berhenti semenjak PSBB berlaku. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan diperkirakan bisa memperbaiki kinerjanya.

PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) sebagai salah satu perusahaan media yang diuntungkan oleh PSBB, namun di satu sisi kehilangan pendapatan dari iklan, dinilai analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya tidak akan serta merta kembali normal seperti sedia kala meski situasi new normal berlaku.

Baca Juga: Berkurangnya belanja iklan tekan kinerja Surya Citra (SCMA) pada kuartal I-2020

“Saya melihat dampaknya akan cenderung minim dikarenakan pelonggaran PSBB juga akan dilakukan dengan sangat hati-hati, sehingga aktivitas masyarakat juga masih cenderung terbatas. Sejalan dengan hal ini, saya belum melihat adanya dorongan yang signifikan untuk peningkatan kinerja dari segmen lain di luar iklan digital,” ujar Rendy ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (1/6).

Kendati demikian, Rendy menilai SCMA masih akan mendapat sedikit keuntungan dari pendapatan iklan mengingat beberapa perusahaan seperti e-commerce dan juga FMCG lokal masih meningkatkan anggaran untuk belanja iklan. Hal ini disebut Rendy karena kinerja kedua jenis perusahaan tersebut relatif terdampak lebih minim dari pandemi virus corona.

Sementara analis Ciptadana Sekuritas Gani dalam risetnya 18 Mei 2020 menuliskan kebijakan pelonggaran PSBB setidaknya bisa membuat SCMA kembali menjalankan produksi konten dan melanjutkan acara live dan olahraga.

“Untuk belanja iklan, kami melihat anggaran perusahaan masih akan minim setidaknya hingga kuartal III-2020, baru setelah itu akan perlahan naik kembali. Dengan demikian, setidaknya kedua hal tersebut dapat sedikit membantu pendapatan SCMA,” tulis Gani dalam risetnya.

Bisnis media digital digadang-gadang bisa membantu kinerja industri media. SCMA mengandalkan video sebagai layanan media digital. 

Semenjak PSBB berlaku, Gani mencatat SCMA telah berhasil memiliki 500.000 pelanggan berbayar pada akhir April 2020. Jumlah tersebut naik dibanding Februari yang baru mencapai 320.000

Keberhasilan SCMA disebut Gani tidak terlepas dari kebijakan promosi Vidio Bebas Nonton pada bulan April. Sementara pada Mei, SCMA membuat promosi Vidio Berkah Nonton yang menghadirkan diskon biaya langganan bulanan dari Rp 49.000 menjadi Rp 15.000.

Baca Juga: Pendapatan Iklan Turun, Saham Emiten Media Dibilang Masih Menarik, Kok Bisa?

“Dengan strategi tersebut, setidaknya SCMA akan mampu menjaga angka pelanggan berbayar tetap naik. Oleh karena itu, SCMA setidaknya bisa mengurangi potensi kerugian dari Video sebesar Rp 300 miliar, menjadi Rp 30 miliar - Rp 60 miliar pada tahun ini,” tambah Gani.

Dari jumlah pendapatan pada 2020, Rendy memproyeksikan SCMA akan mengantongi Rp 5,7 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun. Sementara Gani pendapatan SCMA akan berada di kisaran Rp 5,1 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 1,08 triliun.

Gani merekomendasikan untuk hold dengan target harga Rp 810 per saham. 

Sementara Rendy merekomendasikan untuk buy SCMA dengan target harga Rp 1.160 per saham. 

Sedangkan analis Indo Premier Sekuritas Elbert Setiadharma juga menyarankan buy dengan target Rp 1.000.

Adapun saham SCMA diperdagangkan naik 4,71% ke Rp 1.000 pada Jumat (29/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×