Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
Bisnis media digital digadang-gadang bisa membantu kinerja industri media. SCMA mengandalkan video sebagai layanan media digital.
Semenjak PSBB berlaku, Gani mencatat SCMA telah berhasil memiliki 500.000 pelanggan berbayar pada akhir April 2020. Jumlah tersebut naik dibanding Februari yang baru mencapai 320.000
Keberhasilan SCMA disebut Gani tidak terlepas dari kebijakan promosi Vidio Bebas Nonton pada bulan April. Sementara pada Mei, SCMA membuat promosi Vidio Berkah Nonton yang menghadirkan diskon biaya langganan bulanan dari Rp 49.000 menjadi Rp 15.000.
Baca Juga: Pendapatan Iklan Turun, Saham Emiten Media Dibilang Masih Menarik, Kok Bisa?
“Dengan strategi tersebut, setidaknya SCMA akan mampu menjaga angka pelanggan berbayar tetap naik. Oleh karena itu, SCMA setidaknya bisa mengurangi potensi kerugian dari Video sebesar Rp 300 miliar, menjadi Rp 30 miliar - Rp 60 miliar pada tahun ini,” tambah Gani.
Dari jumlah pendapatan pada 2020, Rendy memproyeksikan SCMA akan mengantongi Rp 5,7 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun. Sementara Gani pendapatan SCMA akan berada di kisaran Rp 5,1 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 1,08 triliun.
Gani merekomendasikan untuk hold dengan target harga Rp 810 per saham.
Sementara Rendy merekomendasikan untuk buy SCMA dengan target harga Rp 1.160 per saham.
Sedangkan analis Indo Premier Sekuritas Elbert Setiadharma juga menyarankan buy dengan target Rp 1.000.
Adapun saham SCMA diperdagangkan naik 4,71% ke Rp 1.000 pada Jumat (29/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News