Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bullishnya pasar modal memicu masuknya investor ke reksadana. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total dana masuk atau net subscription reksadana sepanjang Januari 2015 mencapai Rp 3,8 triliun. Net subscription tersebut naik tipis dibandingkan periode Januari 2014 yang sebesar Rp 3,3 triliun.
Ketua OJK Muliaman D Hadad mengatakan total net subscription tersebut ikut menopang peningkatan dana kelolaan reksadana sebesar Rp 5,8 triliun dibandingkan akhir tahun lalu. "Selain dari net subscription, kenaikan dana kelolaan juga ditopang oleh naiknya nilai aset dasar sebesar Rp 2 triliun," ujarnya, Kamis (12/2).
Rapat bulanan dewan komisioner OJK menyimpulkan bahwa perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan dalam kondisi relatif baik. Pasar saham mengalami penguatan dengan fluktuasi cenderung moderat.
Kenaikan IHSG didorong oleh penguatan di sektor properti, barang konsumsi, aneka industri, perdagangan dan keuangan.
Peningkatan terbesar ada pada sektor properti. Namun disisi lain, penurunan indeks terjadi pada sektor pertanian, industri dasar, infrastruktur dan pertambangan. "Pelemahan indeks sektor pertanian dan pertambangan dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan harga komoditas dunia," ujar Muliaman.
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) menguat seiring perbaikan persepsi risiko. Sedangkan rupiah juga sempat mengalami penguatan seiring dengan membaiknya persepsi risiko. "Namun secara point-to-point masih melemah," ujar Muliaman.
Sementara itu, pasar modal sepanjang Januari dipengaruhi oleh faktor global. Dimana, pemulihan ekonomi Amerika Serikat masih berlanjut, ekonomi zona Euro mengalami deflasi seiring dengan melambatnya penurunan tingkat pengangguran dan terdapat pengumuman Quantitative Easing (QE).
Selain itu, ekonomi Jepang mengalami kontraksi seiring dengan melemahnya permintaan, serta menggulirkan stimulus fiskal dan moneter. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga mengalami perlambatan. "Serta adanya kondisi penurunan harga minyak dunia yang masih berlanjut," tutur Muliaman.
Sedangkan beberapa kondisi terkait perekonomian domestik antara lain, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta surplusnya neraca perdagangan. "Perekonomian mengalami deflasi selama Januari 2015 terkait dengan administered prices," katanya.
Muliaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News