Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Negoisasi penyelesaian surat utang atau obligasi dalam denominasi rupiah terbitan PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) masih belum menemukan titik temu. Manajemen FREN mengaku masih terus melakukan pendekatan kepada para pemegang obligasi untuk menerima skema restrukturisasi yang mereka tawarkan.
FREN menawarkan restrukturisasi berupa konversi utang menjadi kepemilikan saham. "Kami masih menawarkan penyelesaian dalam satu paket solusi," kata Sekretaris Perusahaan Mobile-8 Telecom Chris Taufik ke KONTAN, kemarin (2/2).
Hanya saja, para pemegang obligasi rupiah FREN menampik tawaran itu. Salah satu pemegang obligasi rupiah FREN yang tak mau disebut namanya menyatakan bahwa semua kreditur FREN tetap meminta pembayaran secara tunai. Kalau belum bisa, "FREN harus menambah jaminan agar pokok dan bunga obligasi terjamin apabila nanti obligasi itu benar-benar default alias gagal bayar," ujarnya.
Pemegang obligasi itu khawatir obligasi yang mereka pegang akan gagal bayar karena peringkat atau rating obligasi FREN lainnya yang terbit dalam dolar Amerika Serikat (AS) telah turun drastis. Tak kurang dua lembaga pemeringkat internasional telah menurunkan rating obligasi dolar AS terbitan FREN yang bernilai US$ 100 juta tersebut. Mereka adalah Moody's dan Standard & Poor's (S&P).
Harus tambah jaminan
Moody's menurunkan peringkat obligasi dolar FREN dari Caa2 menjadi Ca. Moody's juga memberi prospek negatif untuk rating obligasi ini. Sementara S&P menurunkan rating obligasi dolar itu dari CC jadi D. Bahkan, belakangan, pada Desember 2008, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memangkas rating obligasi rupiah FREN, dari BBB- menjadi CCC.
Lagi pula, dalam perjanjian antara FREN dengan pemegang obligasi terdapat klausul bahwa FREN harus menambah nilai jaminan apabila peringkat obligasi tersebut turun. "Memang itu disebutkan dalam perjanjian," ungkap Chris.
Kini, pemegang obligasi meminta FREN menambah nilai jaminannya jadi 130% dari pokok obligasi. Semula, mereka hanya meminta nilai jaminan sebesar 110%. Para pemegang obligasi bermata uang rupiah terbitan FREN memberikan tenggat waktu hingga 15 Februari 2009 bagi FREN untuk memenuhi permintaan penambahan jaminan tersebut.
Manajemen FREN sendiri tak keberatan kalau memang mereka harus menambah jaminan hingga 130% dari nilai obligasi itu. "Dari aset yang kami miliki, itu masih memungkinkan," tandas Chris.
Bila melihat laporan keuangan perseroan pada kuartal ketiga 2008 lalu, total aset FREN tercatat sebesar Rp 4,79 triliun. Namun lagi-lagi Chris menyatakan masih akan melanjutkan negoisasi dengan para pemegang obligasinya. "Kami saat ini belum sampai kondisi mau memutuskan tindakan apa," tegasnya.
Chris sendiri tidak bisa memberikan tenggat waktu hingga kapan negoisasi itu akan mereka upayakan. Tetapi, tampaknya, para pemegang obligasi FREN sudah tidak memberi ruang lagi untuk tawar-menawar dalam menyelesaikan surat utang terbitannya itu.
Catatan saja, obligasi rupiah FREN senilai Rp 675 miliar itu akan jatuh tempo bulan Maret 2012. Obligasi itu menawarkan bunga sebesar 12,375% per tahun yang dibayarkan setiap tiga bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News