Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung mengalami penguatan pekan lalu. Bahkan, indeks pun ditutup cantik, mendekati level psikologis 6.000 pada Jumat (11/5).
Berdasarkan data RTI, indeks tercatat naik 0,83% atau sebanyak 48,89 poin ke level 5.956,83. Sebanyak 251 mencatatkan penguatan, 128 saham turun dan 114 berada pada posisi yang sama atau stagnan. Meskipun menguat, aksi net sell oleh investor asing di seluruh market masih terjadi, sebanyak Rp 434,64 miliar.
Indeks sangat memungkinkan untuk melanjutkan penguatan pada pekan depan, menurut Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang. Hal itu terkait rencana Bank Indonesia (BI) yang berpotensi menaikkan suku bunga acuannya atau BI7DRR pekan depan.
"Diperkirakan, rupiah akan menguat dan mendorong naik IHSG. Tapi, kalau suku bunga minggu depan enggak jadi naik, maka besar peluang rupiah dan IHSG akan kembali turun," jelas Edwin kepada Kontan.co.id, Minggu (13/5).
Sebaliknya, jika BI7DRR dinaikkan dan nilai tukar rupiah terus menguat, maka hingga akhir tahun IHSG memiliki peluang naik ke level 6.500-6.600. "Tapi kalau tidak naik dan rupiah semakin tertekan, IHSG bisa ke level 5.485," ungkapnya.
Edwin mengakui, sejauh ini pasar meyakini bahwa Bank Sentral dalam waktu dekat akan menaikkan suku bunga acuannya. Terkait dampak, menurut Edwin tergantung seberapa besar kenaikan BI7DRR yang akan diputuskan BI pekan depan.
"Kalau nendang (berdampak signifikan) ya bisa 50 basis poin (bps). Kalau 25bps positif (berdampak), tapi tidak akan sedahsyat kalau 50 bps," tegasnya.
Selain sentimen kenaikan suku bunga acuan BI, bauran kebijakan BI lainnya juga dapat berdampak pada pergerakan IHSG pekan depan.
Semisal, upaya Bank Sentral untuk mengontrol jumlah uang yang beredar. "Dari eksternal, kita melihat data-data ekonomi Amerika Serikat (AS)," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News