Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks Nasdaq Composite ditutup turun lebih dari 1% pada perdagangan Senin (24/2), dipicu pelemahan saham teknologi besar.
Investor memperlihatkan kehati-hatian terhadap permintaan teknologi kecerdasan buatan (AI) menjelang laporan keuangan Nvidia yang dijadwalkan rilis pada Rabu (26/2). Sementara itu, S&P 500 mencatat pelemahan tipis, dan Dow Jones Industrial Average bergerak mendatar.
Mengutip Reuters, indeks S&P 500 turun 29,18 poin atai 0,49% menjadi 5.983,95, sedangkan Nasdaq Composite melemah 238,49 poin atau 1,22% ke level 19.285,51. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average naik tipis 33,93 poin atau 0,08% ke level 43.469,97.
Baca Juga: Wall Street Turun Tajam Akibat Meningkatnya Kekhawatiran Ekonomi dan Tarif
Investor menantikan laporan keuangan Nvidia, yang diperkirakan akan memberikan gambaran mengenai permintaan chip AI kelas atas.
Keraguan terhadap keberlanjutan investasi besar di sektor ini meningkat sejak munculnya model AI berbiaya rendah dari DeepSeek China pada Januari lalu.
Menambah ketidakpastian, laporan analis TD Cowen yang diterbitkan Jumat (21/2) mengungkap bahwa Microsoft Corp membatalkan sewa kapasitas pusat data dalam jumlah besar di AS.
Langkah ini memicu spekulasi akan adanya potensi kelebihan pasokan infrastruktur AI. Meski demikian, Microsoft menegaskan rencananya untuk menginvestasikan lebih dari US$ 80 miliar dalam kapasitas AI dan cloud pada tahun fiskal ini tetap berjalan, meskipun ada kemungkinan penyesuaian strategis di beberapa area.
Baca Juga: Wall Street Terkoreksi, Pasar Menimbang Ancaman Tarif Terbaru dari Donald Trump
Gene Goldman, Kepala Investasi di Cetera Investment Management, menilai bahwa pasar saat ini dalam kondisi gelisah dan mencari alasan untuk mengambil keuntungan.
"Setiap keraguan mengenai AI menjadi pemicu aksi ambil untung, mengingat teknologi ini telah mendorong pertumbuhan pasar dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya.
Selain itu, investor juga dihadapkan pada kekhawatiran terkait tarif, inflasi, serta pertumbuhan ekonomi. Data ekonomi yang melemah pekan lalu serta proyeksi yang mengecewakan dari Walmart semakin menambah ketidakpastian di pasar.
"Volatilitas saat ini dipengaruhi oleh ketidakpastian apakah kita menghadapi ancaman perlambatan ekonomi atau tekanan inflasi," tambah Goldman.
Sektor perawatan kesehatan yang lebih defensif mencatat kenaikan tertinggi sepanjang sesi, sementara sektor teknologi menjadi yang paling tertekan.
Peter Boockvar, CIO di Bleakley Financial Group, menyatakan bahwa dominasi perdagangan saham teknologi AI mulai berkurang.
Baca Juga: Wall Street Mixed, Saham UnitedHealth Turun
"Bukan berarti saham-saham ini tidak memiliki prospek, tetapi kita sedang memasuki fase konsolidasi besar," jelasnya.
Fokus investor kini beralih ke data indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis pada Jumat (28/2).
Data ini merupakan indikator inflasi pilihan Federal Reserve dan dapat memberikan petunjuk mengenai waktu pemangkasan suku bunga pertama tahun ini.
Kontrak berjangka suku bunga mengindikasikan ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan tidak akan mengubah suku bunga hingga Juni, menurut alat FedWatch CME Group.
Di antara saham individu, Apple mencatat kenaikan setelah mengumumkan rencana investasi sebesar US$ 500 miliar di AS dalam empat tahun ke depan, termasuk pembangunan pabrik server AI di Texas.
Saham Berkshire Hathaway juga mencapai rekor tertinggi setelah konglomerat Warren Buffett tersebut melaporkan laba tahunan yang mencetak rekor baru. Sementara itu, saham Nike menguat setelah Jefferies menaikkan peringkatnya dari "tahan" menjadi "beli".
Baca Juga: Wall Street Dibuka Menguat, Investor Fokus pada Suku Bunga dan Perkembangan Tarif
Dengan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, investor terus mencermati pergerakan saham teknologi serta data ekonomi yang akan datang untuk menentukan langkah selanjutnya.
Selanjutnya: Katalog Promo Alfamart Gantung (Gajian Untung) Periode 25-27 Februari 2025
Menarik Dibaca: Katalog Promo Alfamart Gantung (Gajian Untung) Periode 25-27 Februari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News