Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim pembagian dividen di depan mata. Sejumlah emiten, mulai dari sektor perbankan, pertambangan, hingga manufaktur mulai mengumumkan pembagian dividen.
Misalkan, keempat perbankan terbesar di tanah air mengumumkan pembagian dividen dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), yang rata-rata yield-nya di atas 3%.
Kepala riset Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima menilai, faktor dividend yield hanya menarik bagi saham-saham yang memiliki prospek jangka menengah yang positif. Di sisi lain, bagi seorang trader atau yang berorientasi jangka pendek, sangat tidak disarankan untuk trading dan mengambil untung dari pembagian dividen. Ini karena pasca cum date, harga saham biasanya akan segera turun.
“Apalagi bila saham tersebut cenderung kurang likuid,’ kata Raphon kepada Kontan.co.id, Kamis (16/3).
Baca Juga: Pesta Dividen Tiba, Ini Deretan Emiten yang akan Membagikan Dividen
Di sisi lain, rencana pembagian dividen dinilai bisa menjadi katalis jangka pendek bagi suatu emiten. Analis Mirae Asset Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai, kenaikan pembayaran dividen dibandingkan periode sebelumnya dapat menjadi katalis jangka pendek untuk saham PT Astra International Tbk (ASII).
Asal tahu, manajemen ASII mengajukan usulan pembagian dividen final senilai Rp 552 per saham atau setara dengan Rp 22,3 triliun, yang akan dimintai persetujuan pemegang saham pada RUPS 19 April 2023 mendatang
Nilai dividen yang akan dibagikan lebih tinggi dibandingkan pada 2021 yaitu Rp 194 per saham. Sementara itu, ASII sudah membagikan dividen interim sebesar Rp 88 per saham pada Oktober 2022, sehingga menjadikan total dividen yang akan diusulkan untuk tahun 2022 menjadi Rp 640 per saham dengan rasio pembayaran dividen sebesar 85% dari laba bersih.
Hal yang sama juga berlaku bagi anak usaha ASII, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR). Emiten alat berat ini sudah mengumumkan usulan pembagian dividen senilai Rp 6.185 per saham yang akan dibahas pada RUPS mendatang.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan, ini adalah pertama kali UNTR mengumumkan jumlah dividen finalnya sebelum RUPST digelar. Aksi ini dinilai akan menjadi katalis positif untuk kinerja saham UNTR dalam jangka pendek. Di sisi lain, pembagian dividen ini dinilai tidak akan mengganggu kinerja keuangan UNTR.
“Kami meyakini United Tractors dapat mempertahankan arus kas yang stabil ke depan,” kata Hariyanto, Rabu (15/3).
Baca Juga: IHSG Dikhawatirkan Bisa Ambles ke Level 5.300, Cermati Saham Rekomendasi Analis
Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey memandang positif pembagian dividen yang dilakukan oleh PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA). Ini mengingat pembagian dividen yang dilakukan ESSA kali ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah perusahaan, serta menawarkan potensi imbal hasil (yield) yang cukup tinggi.
Sebagai informasi, ESSA memutuskan membagikan dividen senilai Rp 775,2 miliar atau Rp 45 per saham. Berdasarkan penutupan perdagangan per Kamis (16/3) di harga Rp 965, maka estimasi yield dividen ESSA sebesar 4,66%.
“Jika dibandingkan dengan pembagian dividen tahun lalu yang yield-nya hanya kurang dari 1%. Menurut saya ini menjadi daya tarik bagi masyarakat/ritel atau dividend hunter,” kata Andhika kepada Kontan.co.id, Kamis (16/3).
Hanya saja, menurut Andhika pembagian dividen ini hanya euforia sesaat dan berefek jangka pendek. Sebab, kinerja ESSA cukup bergantung pada harga komoditas, khususnya gas. Tahun ini harga komoditas diproyeksi melandai seiring dengan kondisi pasar yang masih belum kondusif.
Baca Juga: IHSG Turun 3 Hari Beruntun ke Level Terendah Sejak Desember 2021
Potensi dividen dari emiten tambang
Pesta pembagian dividen diperkirakan semakin ramai dengan pembagian dividen dari emiten sektor pertambangan. Meski belum ada pengumuman dari emiten, sejumlah analis menilai emiten sektor pertambangan batubara akan membagikan dividen yang cukup tinggi seiring dengan moncernya kinerja tahun lalu dan posisi kas yang melimpah.
Salah satu yang dinilai akan membagikan dividen adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menyebut, saat ini posisi kas PTBA sangat melimpah, mencapai hampir Rp 16 triliun. Dengan mengasumsikan realisasi belanja modal 2023 sekitar 90% dari target atau sekitar Rp 5,7 triliun, PTBA seharusnya masih dapat memberikan dividen dengan rasio pembayaran sekitar 80% dari laba bersih 2022. Pembayaran dividen ini setara dengan imbal hasil (yield) sekitar 23%.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga dinilai tidak akan absen dalam pesta dividen tahun ini. Estimasi Hasan, dengan perkiraan rasio pembayaran konservatif yang hanya 50% dari laba bersih, ITMG dapat memberikan yield dividen akhir sekitar 10%. Tahun lalu, ITMG melakukan pembayaran dividen sebesar 70%. Jika menggunakan asumsi besaran pembayaran dividen yang sama seperti tahun lalu, dividend yield ITMG akan menjadi sekitar 18%.
Baca Juga: IHSG Turun 0,94% ke 6.565 Hari Ini (16/3), Hanya Indeks Sektor Kesehatan yang Menguat
Raphon menilai, pada kondisi pasar berguncang seperti sekarang, dividen dari saham-saham bank pelat merah bisa disimak oleh pelaku pasar. Kata Raphon, investor bisa membeli saham-saham bank BUMN dengan cara menanti jelang cum date. Sebab, ada potensi bila dalam beberapa bulan ke depan suku bunga The Fed mulai stabil atau bahkan dipangkas maka saham bank BUMN dapat rally.
“Dengan demikian, investor mendapatkan dividen sekaligus capital gain,” kata Raphon.
Adapun di antara saham-saham bank pelat merah, Raphon menilai saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling menarik. Ini karena eksposur BBRI ke kredit segmen usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang lebih resilient apabila ada guncangan makroekonomi global. Dia memasang target harga BBRI di harga Rp 5.025.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy saham PTBA dengan target harga Rp 4.600 dan buy saham ITMG dengan target harga Rp 45.000 per saham.
Sementara itu, Mirae Asset mempertahankan rekomendasi hold untuk UNTR dengan target harga Rp 29.600 per saham dan hold saham ASII dengan menaikkan target harga menjadi Rp 6.500 per saham dari sebelumnya Rp 5.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News