Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot dalam tiga hari berturut-turut menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) hari Kamis (16/3). Hingga pukul 14.27 WIB, IHSG berada di posisi 6.552,11, turun 1,15% dari hari kemarin.
Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menilai amblesnya IHSG disebabkan sentimen global. Salah satunya disebabkan kegagalan sejumlah bank besar.
"Sekarang ditambah Credit Suisse yang jika tidak di bail out akan berdampak sistemik, meskipun pemerintah Swiss sudah akan membantu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/3).
Baca Juga: RUPST Bank Sentral Asia (BBCA) Putuskan Tebar Dividen, Ini Besarannya
Sementara, terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Agus mengatakan, cenderung tidak memberikan efek terhadap pasar. Meskipun ada, ia menilai dampaknya kecil.
Dengan kondisi saat ini, Agus memproyeksikan IHSG masih berpotensi melanjutkan pelemahan. "Secara teknikal, saya melihat (IHSG) bisa ke level 5.300-an," katanya.
Di sisi lain, Equity Research Phintraco Sekuritas Rio Febrian berpendapat bahwa The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Oleh karena itu, RDG BI belum tentu mempertahankan tingkat suku bunga acuan saat ini.
Menurutnya, apabila BI menaikkan suku bunga acuan akan berdampak kontraktif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara itu, apabila BI mempertahankan suku bunga acuan dan The Fed menaikkan suku bunga acuan di FOMC 22 Maret 2023, ada potensi pelemahan pada nilai tukar Rupiah.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.578,7 di Akhir Sesi Pertama, Sektor Barang Baku Anjlok
"Oleh sebab itu, saat ini IHSG cenderung tertahan atau melemah dikarenakan pasar masih bersikap wait and see di tengah peningkatan uncertainty risk tersebut," jelasnya.
Rio pun berpandangan, IHSG berpotensi melanjutkan pelemahannya. Ia melihat support IHSG ke level 6.500 selama tertahan di bawah 6.550.
Dengan kondisi saat ini, Rio menyarankan investor untuk memperhatikan saham defensif dan yang memiliki DER rendah.
Antara lain, SIDO, INDF, TLKM, dan ICBP. Sementara Agus merekomendasikan saham big caps, seperti BMRI dan ASII.
"Karena memiliki kapitalisasi besar dan berfundamental baik," imbuh Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News