Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Bernardus tidak melihat wacana ini sebagai halangan untuk pengembangan bisnis INCO ke depan. “Kami akan secara realistis mengkaji opsi pengembangan yang akan memaksimalkan nilai bijih dalam jangka panjang, yang tentu saja terkait dengan proyeksi pasar di masa yang akan datang,”
Untuk diketahui, INCO bersama dua mitra kerja, yakni Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai), baru saja menandatangani dokumen perjanjian kerangka kerjasama proyek untuk fasilitas pengolahan nikel Bahodopi, pada Kamis (27/6).
Ketiganya akan akan membentuk perusahaan patungan atau join venture (JV Co) untuk membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace, dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.
Baca Juga: Satria Antaran Prima (SAPX) batal stock split, ini saran analis
Bernardus menyebut, dalam enam bulan ke depan, INCO dan mitra akan berusaha menyelesaikan semua persyaratan untuk mengambil keputusan investasi final. Adapun waktu konstruksi maksimal selama 36 bulan dan diharapkan bisa lebih cepat dari estimasi.
Sementara untuk proyek smelter Pomalaa, Bernardus bilang, INCO masih menyelesaikan semua key commercial term sheet sekaligus juga menyelesaikan technical feasibility study terkait mining dan High Pressure Acid Leach (HPAL).
“Ini negosiasi dua pihak, yakni PT Vale dan Sumitomo Metal Mining (SMM). Jadi sangat dinamis. Kami sendiri mentargetkan semua (key commercial term sheet dan technical feasibility study) bisa selesai awal tahun depan,” pungkas dia.
Selanjutnya: Enam dividen cum date dividen pekan depan, simak saran analis berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News