kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Moody's menurunkan outlook ABM Investama (ABMM) jadi negatif


Kamis, 21 Mei 2020 / 11:53 WIB
Moody's menurunkan outlook ABM Investama (ABMM) jadi negatif
ILUSTRASI. Kawasan tambang batubara PT ABM Investama Tbk di Kalimantan Selatan(25-27 September 2018). Foto: KONTAN/Dimas Andi Shadewo


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's Investor Service merevisi outlook PT ABM Investama Tbk (ABMM) menjadi negatif. Meski begitu, Moody's menegaskan peringkat perusahaan dan obligasi senior milik ABM Investama di level B1. ABMM memiliki obligasi senior senilai US$ 350 juta jatuh tempo pada tahun 2022.  

"Perubahan pandangan ABMM ke negatif dari stabil mencerminkan kami proyeksi kami bahwa metrik kredit akan memburuk selama 12 berikutnya bulan, di tengah lingkungan operasi menantang termasuk harga batubara yang melemah," kata Maisam Hasnain, Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody's. Virus corona yang menyebar begitu cepat menjadi salah faktor Moody's menilai kondisi bisnis akan menantang. Belum lagi terjadi penurunan harga minyak dan harga aset bisa menyebabkan guncangan kredit yang parah di banyak sektor dan wilayah. 

Baca Juga: Moody's: Metrik Kredit Indika (INDY) akan Memburuk Selama 12 Bulan ke Depan

ABM memiliki batubara dengan termal rendah yang harganya masih akan tetap rendah selama 12 bulan ke depan karena virus corona mengurangi permintaan batubara termal. Berdasarkan asumsi harga jangka menengah batubara termal Newcastle akan berkisar di US$ 60 - US$ 65 per ton. Akibatnya, Moody's memperkirakan, pendapatan dan arus kas ABMM akan lemah. 

Perusahaan ini masih akan mempertahankan EBIT/bunga yang disesuaikan sekitar 1,3 kali dan arus kas disesuaikan (CFO-dividen)/utang sekitar 17% selama 12-18 bulan ke depan. Ini akan melanggar patokan untuk peringkat B1 yang harus mempertahankan di 2,0 kali dan 20%. Hal ini berpotensi menurunkan peringkat ABM. 

Baca Juga: Derasnya Permintaan Restrukturisasi Menjadi Tantangan Terbesar Bisnis Multifinance

Kontraksi pendapatan karena harga batubara lebih rendah akan didorong dari anak perusahaan di bidang pertambangan, PT Reswara Minergi Hartama. Reswara memiliki tiga tambang yang beroperasi dan menjadi kontributor hampir setengah dari pendapatan ABM di tahun 2019.

Batubara Reswara melalui PT Mifa Bersaudara (MIFA) menghasilkan 7,1 juta ton pada tahun 2019. ABM meningkatkan produksi di tambang MIFA untuk mengkompensasi penurunan produksi di tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) yang menghasilkan empat juta ton pada tahun 2019. Kemungkinan TIA akan kehabisan cadangan batubara pada tahun 2022.

Namun, MIFA memiliki rekam jejak pendek tentang peningkatan volume. Selain itu, batubara MIFA memproduksi batubara dengan kalori yang lebih rendah dari TIA. Produksi MIFA dijual ke India. Dengan demikian, setiap pengurangan permintaan impor dari India akan mengurangi penjualan batubara MIFA.

Meski demikian, Moody's masih menegaskan peringkat ABM Investama di B1. Ini mencerminkan, operasi bisnis ABMM yang terintegrasi bisa membantu kinerja melalui sinergi biaya. Selain itu, likuiditas perusahaan ini memadai tanpa ada kebutuhan pendanaan material dalam waktu dekat. Tapi Moody's menyebut dengan risiko penurunan harga batubara, perlambatan ekonomi, volume penjualan ABM menurun di tahun ini maka potensi penurunan peringkat ABM terbuka. 

Baca Juga: Moody's tegaskan rating ASF, ADMF dan FIF meski risikonya tinggi

Ada juga ketidakpastian atas kesehatan keuangan para pelanggan ABMM di bisnis jasa penambangan yang dioperasikan oleh anak perusahaan PT Cipta Kridatama (CK). Sebagian besar pelanggan ini adalah perusahaan swasta dengan informasi publik yang terbatas dan kemampuan mempertahankan keuntungan di tengah harga batubara yang lemah belum teruji.

ABM memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kasnya untuk 12-18 bulan mendatang tanpa jatuh tempo utang yang signifikan hingga Agustus 2022. ABMM memiliki obligasi jatuh tempo US$ 350 juta. Moody's mengharapkan, ABM membiayai kembali sebelum tanggal jatuh tempo. Pengurangan saldo kas dengan nilai cukup besar akan berpotensi menurunkan peringkat ABMM. Per 31 Desember 2019, saldo kas ABMM sekitar US$ 102 juta. 

Baca Juga: Sukses besar, global bond Inalum (MIND ID) kelebihan permintaan 6,4 kali

Apalagi, ABMM memiliki industri pertambangan batubara memiliki risiko transisi karbon. Karena sebagian negara ingin mengurangi penggunaan bahan bakar batubara. Pengurangan permintaan global untuk batubara termal dapat melemahkan harga dan mengganggu metrik kredit ABMM. Pasalnya, 72% dari pendapatan perusahaan ini dihasilkan dari penambangan batubara dan kontrak penambangan. 

Perusahaan ini juga dihadapkan pada risiko sosial terkait industri pertambangan batubara termasuk kesehatan dan keselamatan. Perusahaan ini terlibat mendukung komunitas lokal di tambang berada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×