kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Moody's menurunkan outlook ABM Investama (ABMM) jadi negatif


Kamis, 21 Mei 2020 / 11:53 WIB
Moody's menurunkan outlook ABM Investama (ABMM) jadi negatif
ILUSTRASI. Kawasan tambang batubara PT ABM Investama Tbk di Kalimantan Selatan(25-27 September 2018). Foto: KONTAN/Dimas Andi Shadewo


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

Namun, MIFA memiliki rekam jejak pendek tentang peningkatan volume. Selain itu, batubara MIFA memproduksi batubara dengan kalori yang lebih rendah dari TIA. Produksi MIFA dijual ke India. Dengan demikian, setiap pengurangan permintaan impor dari India akan mengurangi penjualan batubara MIFA.

Meski demikian, Moody's masih menegaskan peringkat ABM Investama di B1. Ini mencerminkan, operasi bisnis ABMM yang terintegrasi bisa membantu kinerja melalui sinergi biaya. Selain itu, likuiditas perusahaan ini memadai tanpa ada kebutuhan pendanaan material dalam waktu dekat. Tapi Moody's menyebut dengan risiko penurunan harga batubara, perlambatan ekonomi, volume penjualan ABM menurun di tahun ini maka potensi penurunan peringkat ABM terbuka. 

Baca Juga: Moody's tegaskan rating ASF, ADMF dan FIF meski risikonya tinggi

Ada juga ketidakpastian atas kesehatan keuangan para pelanggan ABMM di bisnis jasa penambangan yang dioperasikan oleh anak perusahaan PT Cipta Kridatama (CK). Sebagian besar pelanggan ini adalah perusahaan swasta dengan informasi publik yang terbatas dan kemampuan mempertahankan keuntungan di tengah harga batubara yang lemah belum teruji.

ABM memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kasnya untuk 12-18 bulan mendatang tanpa jatuh tempo utang yang signifikan hingga Agustus 2022. ABMM memiliki obligasi jatuh tempo US$ 350 juta. Moody's mengharapkan, ABM membiayai kembali sebelum tanggal jatuh tempo. Pengurangan saldo kas dengan nilai cukup besar akan berpotensi menurunkan peringkat ABMM. Per 31 Desember 2019, saldo kas ABMM sekitar US$ 102 juta. 

Baca Juga: Sukses besar, global bond Inalum (MIND ID) kelebihan permintaan 6,4 kali

Apalagi, ABMM memiliki industri pertambangan batubara memiliki risiko transisi karbon. Karena sebagian negara ingin mengurangi penggunaan bahan bakar batubara. Pengurangan permintaan global untuk batubara termal dapat melemahkan harga dan mengganggu metrik kredit ABMM. Pasalnya, 72% dari pendapatan perusahaan ini dihasilkan dari penambangan batubara dan kontrak penambangan. 

Perusahaan ini juga dihadapkan pada risiko sosial terkait industri pertambangan batubara termasuk kesehatan dan keselamatan. Perusahaan ini terlibat mendukung komunitas lokal di tambang berada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×