kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.968.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.296   -38,00   -0,23%
  • IDX 7.118   -48,47   -0,68%
  • KOMPAS100 1.035   -9,01   -0,86%
  • LQ45 795   -6,82   -0,85%
  • ISSI 230   -1,51   -0,65%
  • IDX30 414   -1,63   -0,39%
  • IDXHIDIV20 485   -0,53   -0,11%
  • IDX80 116   -0,98   -0,84%
  • IDXV30 119   0,20   0,16%
  • IDXQ30 133   -0,23   -0,17%

Ini Sektor yang Berpotensi Jadi Jawara di Semester II-2025


Senin, 16 Juni 2025 / 20:50 WIB
Ini Sektor yang Berpotensi Jadi Jawara di Semester II-2025
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham yang berpotensi menjadi jawara di semester II-2025


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terjadinya rotasi sektoral di tengah meredamnya perdagangan dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS) dan memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah masih terbuka lebar. 

Sejak awal tahun hingga akhir perdagangan Senin (16/6), beberapa indeks sektoral sudah naik kencang. Seperti, indeks IDX sektor teknologi yang sudah melesat 69,75%. 

Kemudian ada indeks IDX sektor bahan baku yang sudah naik 21,53% secara year to date. Lalu indeks IDX sektor transportasi dan logistik yang sudah menguat 9,96%. 

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menyampaikan valuasi saham-saham itu sudah mulai premium sehingga aksi profit taking berpotensi muncul jika ada sentimen negatif. 

Baca Juga: IHSG Masih Dibayangi Sentimen Negatif, Cermati Rekomendasi Saham untuk Selasa (17/6)

“Namun khusus untuk saham-saham di sektor bahan baku, akan mengalami penguatan jika perang Israel dan Iran terus memanas,” jelasnya kepada Kontan, Senin (16/6). 

Liza bilang berkaca dari perang Rusia dan Ukraina pada 2022, harga komoditas energi dan tambang kembali naik daun dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) punya karakteristik commodity-driven menjadi indeks paling bullish. 

“Siklus komoditas ini punya potensi mengakhiri fase bottoming pada 2025 dan segera mulai bullish trend sehingga waktu yang sempurna untuk konflik Timur Tengah yang makin bereskalasi,” katanya. 

Selain itu, lanjut Liza, investor institusi cenderung melakukan rebalancing portofolio pada semester II-2025 khususnya menjelang akhir tahun, terutama jika suku bunga turun.

Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed dan Bank Indonesia (BI) berpotensi memangkas suku bunga acuan pada September. Kalau ini terjadi, Liza menilai akan terjadi perubahan referensi sehingga sektor banking akan potensial. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan memproyeksikan akan terjadi rotasi sektor dalam waktu dengan, tetapi ada peluang sektor yang sudah naik akan terus menguat. 

Baca Juga: BEI Kaji Penyesuaian Jam Perdagangan, Bisa Ditambah atau Bergeser

Dia mencermati, sektor teknologi dan kesehatan sudah mulai menunjukkan sinyal pelemahan. Sementara, sektor keuangan juga masih cenderung stagnan dan belum penunjukkan pergerakan signifikan. 

“Sektor yang kemungkinan tetap menguat ada di sektor bahan baku, seperti emas dan energi. Sektor transportasi dan logistik juga berpotensi lanjut menguat, terutama emiten perkapalan,” jelas. 

Sektor Pilihan

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan saat ini sektor perbankan memang belum semenarik komoditas, tetapi dengan potensi pemangkasan suku bunga The Fed akan ada potensi capital inflow. 

“Ini membantu aliran dana masuk ke emerging marketing dan saham perbankan menjadi penarik. Pilihan kami BBCA karena kinerjanya paling baik di antara big banks lainnya,” kata dia. 

Selain itu, sektor pilihan Mirae Asset Sekuritas juga jatuh pada emas. Martha bilang di tengah meningkatkan ketidakpastian harga emas akan tetap tinggi paling tidak di atas US$ 3.000 per ons troi. 

Menurutnya, harga emang yang tetap tinggi akan menguntungkan produsen emas dan emiten-emiten yang berada di sektor itu. Top pick Mirae Asset Sekuritas jatuh pada ANTM

Baca Juga: BEI Targetkan ETF Emas Meluncur Kuartal IV-2025, Tunggu Aturan OJK

Mirae Asset sekuritas juga menyukai sektor komoditas di sektor logam. Martha menjelaskan meredamnya tensi dagang antara China dan AS bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan logam mineral dari China berpotensi tetap meningkat. 

“Kamu melihat selective buy untuk emiten timah atau emiten yang berada di nikel, beberapa saham yang kinerjanya baik NCKL, DFKT dan NCIL tetapi bisa selective buy,” jelasnya. 

Sementara itu, sektor pilihan Kiwoom Sekuritas jatuh pada konsumer dan kesehatan. Saham pilihannya jatuh pada ACES dengan target harga Rp 654 dan KLBF dengan target di Rp 1.760. 

Kemudian untuk sektor banking pilihanya jatuh pada BBRI dengan target dalam 12 bulan ke depan di Rp 4.720. Lalu BMRI dengan target harga untuk 12 bulan di level Rp 6.300. 

 

Lalu untuk sektor energi dan utilitas, top picksnya ada di saham PTBA dengan target harga di Rp 3.100. Berikutnya MTEL dan AKRA masing-masing target harga di Rp 700 dan Rp 1.500. 

Selanjutnya: Pemerhati Tembakau Sebut Pangsa Pasar Rokok Legal Makin Tergerus Rokok Ilegal

Menarik Dibaca: Ini Cara Lunasi Cicilan Pinjaman Rp 10 Juta Setiap Bulanan dan Biaya Tersembunyi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×