kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Moody's memangkas peringkat lima emiten ini


Rabu, 01 April 2020 / 12:54 WIB
Moody's memangkas peringkat lima emiten ini
ILUSTRASI. Moody?s International Services memangkas peringkat lima emiten.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi pasar yang bergejolak tahun ini, lembaga pemeringkat Moody’s International Services memangkas peringkat lima emiten yaitu PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Pan Brothers Tbk (PBRX).

Gajah Tunggal (GJTL)

Moody’s memangkas peringkat Gajah Tunggal dari B3 menjadi Caa1 lantaran adanya risiko peningkatan utang dan pelemahan margin EBITDA seiring dengan pelemahan rupiah. Penurunan peringkat juga dilakukan untuk obligasi senior yang dijamin senilai US$ 250 juta dan akan jatuh tempo pada Agustus 2020 mendatang.

Risiko ini meningkat karena Gajah Tunggal menerima pendapatan dalam bentuk rupiah. Namun hampir seluruh biaya bahan baku, utang dan kewajiban utang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS). Moody’s memperkirakan setiap 10% pelemahan rupiah terhadap dolar AS, margin EBITDA Gajah Tunggal akan turun 2%. Apalagi dari total utang jangka panjang senilai US$ 397 juta, hanya US$ 184 juta yang telah diberi fasilitas lindung nilai (hedging).

Moody’s memproyeksikan arus kas Gajah Tunggal dari operasional selama 12 bulan ke depan sebesar US$ 30 juta ditambah dengan kondisi kas per September 2019 sebesar US$ 46, tidak akan cukup untuk menutupi pengeluaran belanja modal sebesar US$ 30 juta dan amortisasi utang bank senilai US$ 53 juta. Perusahaan ini juga memiliki utang jangka pendek dan pinjaman modal kerja bergulir senilai US$ 86 juta yang sebagian besar jatuh tempo pada Agustus 2020.

Baca Juga: Ini Skenario Terburuk Kurs Rupiah Jika Wabah Virus Corona Belum Reda di Bulan Juni

Alam Sutera Realty (ASRI)

Kondisi pelemahan rupiah juga membuat Moody’s menurunkan peringkat Alam Sutera dari B3 menjadi Caa1 dengan prospek negatif. Peringkat surat utang senior tanpa jaminan yang jatuh tempo pada 2021 dan 2022 juga dipangkas menjadi Caa1. Obligasi tersebut diterbitkan oleh anak usaha Alam Sutera yaitu  Alam Synergy Pte.

Pelemahan rupiah dinilai meningkatkan risiko refinancing Alam Sutera, mengingat perusahaan properti ini bergantung pada pendanaan eksternal.

Pada Maret 2020, Alam Sutera mengumumkan call redemption US$ 60 juta untuk obligasi yang jatuh tempo pada 2021. Moody’s memperkirakan Alam Sutera akan membiayai penebusan obligasi ini dengan dana sebesar US$ 44 juta atau setara Rp 700 miliar dari pinjaman Bank Permata dan Bank Centra Asia, dan sekitar US$ 20 juta dari berakhirnya masa hedging.

Selain itu, Moody’s memperkirakan kas internal Alam Sutera belum cukup untuk menutup jatuh tempo obligasi 2021. Perusahaan ini memiliki kas dan setara kas Rp 1,1 triliun atau setara US$ 69 juta per 30 September 2019. Sedangkan dalam 12-18 bulan ke depan Moody’s memperkirakan Alam Sutera hanya akan menghasilkan arus kas sekitar Rp 600 miliar.  Jumlah ini bisa lebih rendah apabila penjualan Alam Sutera dirugikan oleh Covid-19.

Baca Juga: Sri Mulyani: Dampak corona, rupiah bisa tembus Rp 17.500-Rp 20.000

Medco Energi Internasional (MEDC)

Moody’s menurunkan prospek Medco dari stabil menjadi negatif seiring dengan harga minyak yang bergejolak. “Profil kredit Medco kemungkinan akan memburuk jika harga minyak tetap rendah untuk jangka waktu lama. Hal ini menjadi dasar pandangan negatif kami,” tulis Senior Vice President Moody’s Vikas Halan, Selasa (24/3).

Meski demikian, peringkat utang Medco tetap bertahan di B1. Peringkat ini juga termasuk obligasi senior tanpa jaminan yang diterbitkan Medco Strait Service Pte Ltd, Medco Platinum Road Pte Ltd, Medco Oak Tree Pte Ltd dan Medco Bell Pte Ltd.

Penegasan peringkat ini menunjukkan proyeksi bahwa profil utang Medco tetap kuat di tengah gejolak harga minyak apabila pemulihan harga terjadi pada semester II-2020 hingga tahun 2021. Penegasan peringkat juga mencerminkan kekuatan likuiditas Medco apabila kontrak harga gas tetap dan rencana menunda pengeluaran modal terealisasi. Sebelumnya, Medco mengumumkan rencana untuk mengurangi belanja modal sekitar US$ 100 juta dan pengeluaran operasi sekitar 15% dalam dua tahun ke depan.

Moody’s memprediksi wabah Covid-19 bakal terus mempengaruhi kondisi ekonomi hingga paruh kedua tahun ini. Dengan skenario tersebut, Moody’s berharap harga rata-rata minyak US$ 40 – US$ 45 per barel pada tahun 2020 dan kembali ke US$ 50 – US$ 55 per barel pada 2021. Namun jika terus mengalami penurunan ekonomi, harga minyak rata-rata akan berkisar US$ 30 – US$ 35 per barel pada 2020 dan US$ 35 – US$ 40 pada 2021.

Baca Juga: Kurs rupiah melemah ke Rp 16.403 pada Rabu (1/4) pagi, pelemahan diramal makin dalam

Bumi Resources (BUMI)

Moody’s menurunkan peringkat perusahaan milik keluarga Bakrie ini dari B3 menjadi Caa1. Di saat yang bersamaan Moody’s juga menurunkan obligasi senior yang jatuh tempo pada 2022 yang diterbitkan oleh Eterna Capital Pte Ltd dan dijamin oleh Bumi. Secara khusus Moody’s menurunkan obligasi Seri A dari B3 menjadi Caa1 dan Seri B dari Caa1 menjadi Caa2. Sedangkan prospek tetap negatif.

“Penurunan peringkat ini mencerminkan beban utang Bumi yang meningkat karena lambatnya pembayaran pokok dan pembayaran bunga sebagian besar utang, menghasilkan struktur permodalan yang semakin ketat,” jelas Assistant Vice President and Analyst Moody’s Maisam Hasnain.

Sejak restrukturisasi utangnya pada Desember 2017, Moody's memperkirakan Bumi telah membayar kembali sekitar U$ 200 juta pokok obligasi Seri A dan fasilitas Tranche A pada akhir 2019, jauh lebih rendah dari ekspektasi awal yaitu US$ 300 - US$ 500 juta selama periode ini.

Pembayaran utang yang lambat dari perkiraan ini terutama didorong oleh penurunan harga batubara, batas harga penjualan batubara domestik ke utilitas listrik sejak 2018, dan dividen diterima hanya satu dari dua anak perusahaan penambangan batubara utama.

Dengan asumsi benchmark harga batubara termal Newcastle sebesar US$ 65 - US$ 70 per ton, Moody's mengharapkan Bumi untuk terus memenuhi perkiraan pembayaran bunga tunai tahunan US$ 30 juta pada Tranche A bersama dengan sekitar US$ 35 juta pada pokok Tranche A pada tahun 2020. Namun dengan kondisi lambatnya pembayaran, jumlah utang akan terus meningkat. Moody’s memprediksi saldo utang pada Januari 2020 yang sebesar US$ 1,8 miliar akan terus meningkat dan menyebabkan struktur modal tidak berkelanjutan mengingat utang tersebut jatuh tempo pada Desember 2022.

Baca Juga: Transaksi naik, pajak digital masuk dalam Perppu stabilitas sistem keuangan

Pan Brothers (PBRX)

Moody's menetapkan peringkat B1 untuk Pan Brothers serta surat utang yang jatuh tempo pada pada 2022 yang diterbitkan oleh Pan Brothers, PB International B.V.  Moody’s juga merevisi prospek peringkat Pan Brothers dari stabil menjadi negatif.

Perubahan peringkat ini mencerminkan ketidakpastian terkait dengan refinancing utang sebesar US$ 138,5 juta yang jatuh tempo pada Februari 2021 di tengah kondisi kredit yang yang lebih menantang dan meningkatnya gejolak global dan regional," kata Analis Moody's Stephanie Cheong.

Moody’s memproyeksikan saldo kas Pan Brothers sebesar US$ 64 juta pada 30 September 2019 cukup untuk menutupi kebutuhan kas operasionalnya, belanja modal, pembayaran utang jangka pendek, dan proyeksi dividen selama 12-18 bulan ke depan. Tetapi saldo tersebut tidak cukup untuk menutupi fasilitas kredit bergulir US$ 138,5 juta yang jatuh tempo pada Februari 2021, yang terutama digunakan perusahaan untuk mendanai modal kerjanya.

Meski perusahaan memiliki rekam jejak dukungan pemegang saham yang kuat, dan manajemen secara historis proaktif dalam mengelola struktur permodalannya, kondisi pasar saat ini dapat membuktikan tantangan bagi upaya refinancing Pan Brothers.

"Meskipun demikian, penegasan peringkat B1 untuk Pan Brothers mencerminkan harapan kami bahwa kinerja operasi perusahaan akan tetap sehat dan yang akan mendukung aksesnya ke pendanaan pengganti," tambah Cheong, yang juga Analis Utama Moody untuk Pan Brothers.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan ekonomi 2020 bisa sentuh minus 0,4% akibat wabah corona

EBITDA Pan Brothers telah tumbuh pada tingkat rata-rata 10% selama tiga tahun terakhir, didukung oleh hubungan jangka panjangnya dengan pengecer pakaian global utama dan investasi berkelanjutan dalam memperluas kapasitas produksinya. Moody's berharap bahwa proyek ekspansi kapasitas Pan Brothers yang berkelanjutan akan mendukung pertumbuhan pendapatan dan EBITDA selama 12-18 bulan ke depan.

Moody's menunjukkan bahwa meskipun profitabilitas Pan Brothers akan tetap stabil, arus kas bebas perusahaan akan tetap negatif selama 12-18 bulan ke depan, karena modal kerja perusahaan perlu meningkat untuk mendukung peningkatan fasilitas produksi baru, dan seiring berlanjutnya untuk berinvestasi dalam meningkatkan kapasitas produksinya.

Akibatnya, ketergantungan Pan Brothers pada pendanaan eksternal akan meningkat, dan leverage - yang diukur dengan hutang terhadap EBITDA - kemungkinan akan tetap meningkat pada 4,5 kali selama 12-18 bulan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×