Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten telekomunikasi tengah menyusun siasat untuk mengoptimalkan aset fiber optik dengan strategi yang berbeda. Sejumlah emiten bahkan sudah bergerak dan mengumumkan aksi korporasi.
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), misalnya, telah menandatangani akta pemisahan sebagai bisnis alias spin off dan aset wholesale fiber connectivity tahap I ke Infranexia pada 18 Desember 2025.
Di tahap ini, TLKM memisahkan aset dengan nilai Rp 35,3 triliun atau setara dengan 50% dari total aset fiber optik yang akan dikelola oleh Infranexia. Rencananya, Infranexia bakal mengelola fiber optik dengan total nilai sebesar Rp 90 triliun.
Baca Juga: IHSG Cetak All Time High 24 Kali pada 2025, Ini Catatan Pengamat untuk Otoritas Bursa
Lalu ada PT Indosat Tbk (ISAT) yang akan memisahkan fiber optiknya menjadi FiberCo, platform yang bernilai Rp 14,6 triliun dalam nilai perusahaan. Tak tanggung-tanggung, ISAT berhasil menggaet Arsari Group dan Northstar.
Equity Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas Kafi Anantara dan Erindra Krisnawan mencermati para operator seluler tengah menerapkan strategi restrukturisasi fiber yang berbeda-beda, tetapi dengan tujuan yang sama.
“Tujuan yang sama yaitu menurunkan intensitas belanja modal, memperluas jangkauan jaringan, meningkatkan arus kas serta membuka nilai aset,” jelasnya dalam riset yang diterima KONTAN, Selasa (30/12/2025).
Misalnya, TLKM menempuh pendekatan berbasis ekosistem dengan melakukan pemisahan alias spin-off InfraCo dan menjual 20%–30% saham minoritas pada valuasi 9 kali–12 kali EV/EBITDA.
ISAT menargetkan transaksi pembukaan nilai melalui rencana penjualan 70% saham pada jaringan fiber sepanjang sekitar 92.000 km dengan estimasi nilai US$1 miliar atau sekitar 12,7 kali EV/EBITDA.
Baca Juga: KSEI: Sektor Perbankan Jadi Penyalur Dividen Terbesar Pada Tahun 2025
Kafi dan Erindra mencermati EXCL akan bergerak menuju pelepasan penuh dari infrastruktur fiber, menyusul pemisahan ServiceCo–InfraCo di PT Link Net Tbk (LINK) serta divestasi terbaru di PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA).
“Restrukturisasi fiber menghadirkan katalis yang bersifat selektif, di mana ISAT menawarkan potensi kenaikan jangka pendek secara taktis dari kemungkinan pembagian dividen hasil transaksi,” katanya.
Sementara untuk TLKM, lanjut Kafi dan Erindra, menilai memiliki peluang yang lebih struktural melalui pertumbuhan EBITDA berbasis peningkatan utilisasi dalam jangka menengah.
Head of ASEAN TMT Equity Research JP Morgan Ranjan Sharma memproyeksikan potensi kenaikan terbesar pada ISAT, sementara monetisasi fiber dapat menghadirkan risiko kenaikan (terhadap rekomendasi netral untuk TLKM.
“Kami percaya restrukturisasi fiber dapat mendorong kinerja harga saham yang material bagi sejumlah operator terpilih dalam jangka menengah, dengan potensi terbesar pada ISAT,” jelas Ranjan.
JP Morgan Sekuritas memberikan peringkat overweight pada ISAT dan menjadi pilihan utamanya dan rekomendasi netral TLKM. Sementara, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight pada sektor ini pada valuasi EV/EBITDA saat ini sebesar 5,3 kali.
Selanjutnya: Antisipasi Nataru, Pelindo Perkuat Keselamatan di Pelabuhan Penumpang Strategis
Menarik Dibaca: 5 Kesalahan Pakai Cleansing Balm yang Harus Dihindari, Bikin Komedoan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













