Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
Selain itu, PBRX sebagai perusahaan ritel juga terdampak pandemi Covid-19. Dalam kondisi seperti, permintaan pasarnya sangat rentan.
Biarpun begitu, Moody's memprediksi pendapatan PBRX bakal stagnan sepanjang 2020. Kemungkinan perusahaan itu memiliki kemampuan untuk mengompensasi penurunan penjualan dari produk fashion ke produk masker dan pakaian alat pelindung diri (APD).
Namun tingginya utang karena kebutuhan modal kerja tetap akan melemahkan rasio utang terhadap EBITDA dan rasio EBITA terhadap beban bunga menjadi masing-masing sebesar 5,2x dan 1,8x sepanjang 2020. Makanya Moody's mempertahankan outlook negatif karena risiko refinancing yang tinggi dan likuiditas yang lemah.
Potensi perubahan peringkat
Berkaca dari outlook negatif tadi, Moody's sepertinya tidak akan menaikkan peringkat PBRX dalam 12-18 bulan ke depan. Namun, outlook bisa kembali ke level stabil jika mereka melakukan pendanaan ulang dan perpanjangan fasilitas revolving credit US$ 138,5 juta dan obligasi US$ 171 juta yang jatuh tempo tahun 2022. Aksi korporasi itu akan memperkuat posisi likuiditas.
Peluang lain, Moody's bisa kembali menurunkan peringkat jika PBRX gagal mengatasi utang jatuh tempo. Penurunan peringkat juga bisa terjadi jika pendapatan dan modal kerja mereka lebih parah dari prediksi saat ini. Alhasil, leverage keuangannya melebihi 6,5x dan rasio EBITA terhadap bunga turun di bawah 1,0x dalam waktu lama.
Dalam catatan Kontan.co.id, April 2020 lalu Moody's sudah menurunkan peringkat corporate family rating (CFR) PBRX dari semula B1 menjadi B2. Pada saat yang sama mereka juga mengkorting peringkat senior unsecured notes PB International B.V. yang jatuh tempo tahun 2022 nanti, dari awalnya B1 menjadi B2.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News