Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Bernada serupa, Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan, likuiditas global saat ini memang sedang dalam posisi yang cukup banyak. Oleh karena itu, bagi perusahaan yang sudah punya rekam jejak penerbitan obligasi yang baik serta neraca keuangan yang sehat, kondisi ini membuat perusahaan tersebut bisa mendapatkan yield yang cukup rendah.
Sebaliknya, perusahaan dengan neraca keuangan kurang sehat justru akan dihindari investor. "Alhasil, mungkin akan dapat yield yang lebih tinggi dari biasanya," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/6).
Menurut Dimas, jika berminat menyerap obligasi global, ada sejumlah hal yang perlu dicermati investor. Mulai arus kas yang sehat, terbukti resilient dalam kondisi yang menyulitkan emiten, ekspektasi pergerakan kurs, perkiraan pertumbuhan bisnis emiten, hingga tingkat kesehatan neraca keuangan.
Baca Juga: Bank Dunia nilai langkah mitigasi Covid-19 bank-bank sentral bisa tidak efektif
Meskipun kondisinya dinilai mendukung, sejumlah emiten yang sempat melirik penerbitan obligasi global tak buru-buru mengeksekusi rencana tersebut. Perusahaan-perusahaan ini tetap memperhatikan kebutuhan pendanaan dan juga faktor-faktor lainnya.
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) misalnya, menilai waktu yang tepat untuk menerbitkan obligasi global adalah pada Januari 2021. Pasalnya, berdasarkan laporan keuangan tahun 2019, emiten konstruksi ini memiliki surat utang jangka menengah atau Komodo Bonds (MTN) berdenominasi rupiah sebesar Rp 5,4 triliun yang akan jatuh tempo pada Januari 2021.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, Wijaya Karya berencana untuk menerbitkan obligasi global senilai Rp 5 triliun-Rp 6 triliun untuk refinancing Komodo Bonds tersebut. "Saat ini kami masih menjajaki rencana penerbitan ini karena global bond kan masih jatuh tempo di Januari 2021," ungkap Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia selama pandemi corona dianggap terburuk sejak 2004
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) juga sempat melirik penerbitan obligasi global sebagai sumber pendanaan belanja modal tahun ini. Akan tetapi, Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto mengatakan, sejauh ini pihaknya belum memiliki rencana ke arah sana.
Pasalnya, Jasa Marga mempertimbangkan mekanisme kalkulasi harga dan lindung nilai (hedging). "Seluruh pendapatan dan pengeluaran Jasa Marga dalam bentuk rupiah sehingga mekanisme hedging-nya cukup kritis bagi kami," ungkap Adri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News