kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,89   3,53   0.38%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mitratel bakal IPO, simak prospeknya menurut analis


Senin, 01 November 2021 / 09:45 WIB
Mitratel bakal IPO, simak prospeknya menurut analis
ILUSTRASI. Menara?telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyedia menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) melangsungkan initial public offering (IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 25,5 miliar saham atau setara 29,85% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga IPO berkisar Rp 775-975 per saham, Mitratel berpotensi meraih dana hingga Rp 24,9 triliun atau terbesar.

Analis Verdana Nomura Raymond Kosasih dalam risetnya menilai IPO Mitratel sebagai peluang investasi bagi investor. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan trafik data di Indonesia berkisar 40%-50%. Dengan keterbatasan jumlah spektrum/frekuensi, kebutuhan menara diprediksi akan tetap tinggi pada masa mendatang.

“Saat ini, melalui kajian kami, penetrasi jumlah menara di Indonesia termasuk rendah dibandingkan beberapa negara, seperti Brasil dan India. Rasio populasi per menara di Indonesia masih termasuk yang tinggi di kisaran 2.250 dibandingkan Brasil dan India yang berkisar 2.100,” kata Raymond dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (1/11).

Terlebih lagi, meskipun mayoritas sahamnya dikuasai oleh Telkom, Miratel tetap menjaring operator-operator lainnya di luar Grup Telkom sebagai penyewa, baik dalam built-to-suit (membangun menara baru) dan/atau kolokasi.

Baca Juga: Harga saham GGRM turun pekan lalu, tapi analis rekomendasi hold, ini alasannya

Operator-operator di luar Grup Telkom juga sangat terbuka untuk melakukan kolokasi di menara-menara milik Mitratel. Sejak tahun 2010, menara-menara Mitratel memiliki rasio kolokasi di kisaran 1,9 kali, lalu 1,7 kali untuk menara yang dimiliki sejak 2011.

Terkait dengan kekhawatiran pasar atas independensi dalam penempatan perangkat dari operator pesaing di menara-menara Mitratel, Raymond melihat bahwa itu kurang tepat. Pasalnya, jika Mitratel tidak membuka menara-menara tersebut, cepat atau lambat perusahaan menara pesaing Mitratel akan mendirikan menara-menara di lokasi yang dibutuhkan.

Research Analyst Indo Premier Sekuritas Hans Tantio menambahkan, industri menara masih memiliki ruang pertumbuhan yang cukup baik. Apalagi, sebentar lagi Indonesia akan memasuki era teknologi jaringan 5G.

“Saya melihat pilihan terbaik bagi Mitratel untuk dapat tumbuh dengan baik ke depan adalah dengan menjaga independensinya, yang artinya harus melayani kebutuhan seluruh operator seluler dengan sama baiknya,” ucap Hans.

Selanjutnya: Pendapatan Elang Mahkota Teknologi (EMTK) naik, simak rekomendasi sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×