Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) resmi didirikan pada 28 Oktober 1992 sebagai bagian dari Grup Baramulti. Perusahaan berfokus pada bisnis pertambangan batubara didukung dengan infrastruktur yang terintegrasi antara kegiatan eksplorasi hulu hingga hilir.
Pada tahun 2014, MBAP melaksanakan penawaran umum saham perdana pada Bursa Efek Indonesia. Dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana tersebut dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan seperti pengembangan fasilitas pelabuhan dan pengoperasian fasilitas penanganan batu bara.
Direktur Utama Mitrabara Adiperdana Khoirudin mengatakan bisnis utama perusahaan masih berfokus pada sektor batubara. Tapi menurutnya industri ini tengah menghadapi berbagai tantangan belakangan ini.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Mitrabara Adiperdana (MBAP) yang Gencar Diversifikasi
Salah satu tekanan datang dari persaingan pasokan batu bara global, khususnya dari China dan India. Selain itu, sejak 2023 hingga 2025, masuknya pasokan batu bara Rusia ke pasar Asia turut memperketat kompetisi ekspor dan menekan harga batu bara secara global.
Khoirudin juga menyoroti kebijakan Harga Batubara Acuan (HBA) yang diterapkan pemerintah Indonesia. Menurutnya, kebijakan ini membuat harga jual batu bara domestik menjadi kurang kompetitif dibandingkan harga pasar internasional, sehingga mendorong konsumen luar negeri mencari alternatif pasokan dari negara lain.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah yang mendorong penggunaan bahan bakar campuran B40 serta penghapusan subsidi atas selisih harga antara biofuel dan bahan bakar fosil (social fuel) turut membebani pelaku industri. Hal ini berdampak langsung terhadap kenaikan biaya operasional, terutama di aspek logistik dan transportasi yang bergantung pada bahan bakar tersebut.
Geliat Bisnis Non Batubara
Sederet tantangan tersebut membuat MBAP mendorong implementasi diversifikasi sejak tahun 2022. Langkah ini diambil agar keberlangsungan perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada sektor batubara saja.
Dalam memperluas upaya diversifikasi, perusahaan telah membentuk perusahaan joint venture bernama PT Masdar Mitra Solar Radiance (Solar Radiance). Ini merupakan perusahaan patungan antara MBAP dengan Masdar Indonesia Solar Holdings RSC Limited.
Solar radiance berfokus pada pengembangan dan pengadaan energi solar panel serta menyediakan solusi energi terbarukan untuk pasar komersial dan industri.
Pada tahun 2024, Solar Radiance telah mengoperasikan pembangkit tenaga surya dengan kapasitas total sebesar 17 Megawatt Peak (MWp). Sementara itu, perusahaan menargetkan peningkatan kapasitas operasionalnya hingga mencapai 51 MWp pada tahun 2025.
Baca Juga: Mitrabara Adiperdana (MBAP) Bagi Dividen Rp 46,64 Miliar
Kemudian, MBAP juga mengembangkan anak usaha yang bergerak dalam energi terbarukan yang mengkhususkan diri dalam produksi biomassa dalam bentuk wood pellet bernama PT Malinau Hijau Lestari (MHL). Perusahaan ini berlokasi di Malinau, Kalimantaran Utara.
MBAP menargetkan rampungnya pembangunan pabrik wood pellet untuk entitas anak, MHL, pada tahun 2025. Selanjutnya, MHL dijadwalkan memulai operasi komersial pada 2026 dengan kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun.
Selain menggarap sektor energi baru terbarukan, perusahaan juga memperluas portofolio usahanya ke sektor agro melalui anak usaha, PT Mitradelta Bahari Pratama. Anak perusahaan ini mengelola bisnis tambak udang vannamei yang berlokasi di Bima, Nusa Tenggara Barat.
Unit usaha akuakultur tersebut telah mencatat pencapaian awal dengan melakukan panen perdana pada tahun 2024, melalui pengoperasian 20 kolam tambak. Total produksi yang dicapai sebesar 168 ton.
Pada tahun 2025, perusahaan berencana melanjutkan ekspansi dengan membangun hingga 100 kolam akuakultur, yang ditargetkan mampu menghasilkan produksi sebesar 1.800 ton per tahun. Sementara pada tahun 2026, jumlah kolam akan ditingkatkan menjadi 140 unit, dengan proyeksi produksi mencapai 2.500 ton per tahun.
"Kami mencatatkan kemajuan positif dari strategi keberlanjutan perseroan, seiring upaya kami dalam mengembangkan entitas anak yang terdiversifikasi dan berkelanjutan," kata Khoirudin beberapa waktu lalu.
Sayangnya, pihak MBAP belum bisa memaparkan berapa nilai target pendapatan dan laba yang diincar perusahaan tahun 2025. Yang jelas, perusahaan mengalokasikan dana total investasi dan belanja modal mencapai sekitar US$ 70 juta dolar untuk tahun 2025.
Secara rinci, sebanyak 67% dari total capex 2025 dialokasikan untuk lini bisnis di bidang energi baru terbarukan. Sementara, sisanya untuk pengembangan bisnis di agro industri, jasa dan infrastruktur, serta pertambangan.
Selanjutnya: IHSG Turun 3 Hari Beruntun Hingga Jumat (13/6), Saham-Saham Ini Berkinerja Mentereng
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Vitamin C untuk Rambut, Cegah Uban hingga Rambut Rontok!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News