Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi nilai transaksi bursa saham dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan terkonsolidasi pada April 2021. IHSG diperkirakan terkonsolidasi downtrend dengan support di kisaran 5.892-5.735 dan resistance 6.195-6.281.
Sementara nilai transaksi bursa saham diprediksi bakal terpangkas menjadi sekitar Rp 9 triliun per hari. Jumlah tersebut turun dari rerata nilai transaksi harian Januari, Februari, dan Maret 2021 yang masing-masing sebesar Rp 20 triliun, Rp 15 triliun, dan Rp 10 triliun per hari.
Investment Information Head Mirae Asset Sekuritas Roger M.M. mengatakan, hal ini seiring dengan kondisi makroekonomi domestik yang belum bertenaga dan momentum puasa. "Faktor puasa biasanya akan membuat nilai transaksi harian lebih lesu dibandingkan dengan sebelumnya,” kata Roger dalam konferensi pers Media Day Mirae Asset Sekuritas secara virtual, Kamis (8/4).
Menurut Roger, ada dua faktor positif yang dapat mendukung pergerakan IHSG ke depannya, tetapi masih terdilusi oleh satu faktor negatif, yakni kondisi makroekonomi. Sentimen positif pertama adalah laporan kinerja keuangan emiten tahun 2020 dan kuartal pertama 2021. Sentimen kedua adalah aksi korporasi beberapa emiten, terutama musim pembagian dividen.
Baca Juga: IHSG menguat 0,29% ke 6.054 pada sesi I hari ini, asing lepas BBCA, AMRT, ESSA
Roger mencatat, ada sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar (blue chips) yang menawarkan imbal hasil (yield) dividen tinggi. Beberapa di antaranya adalah ADRO 3,3%, PGAS 3,2%, AKRA 2,7%, PTBA 2,7%, ASII 2,3%, BBRI 2,2%, dan UNTR 2,1%. "Dengan demikian, beberapa saham emiten tersebut berkesempatan mendapatkan angin segar dari sentimen dividen yang tinggi," ucap Roger.
Dari sisi kondisi makroekonomi, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin menilai, prospek perbaikan ekonomi global yang positif masih dibatasi kondisi di dalam negeri yang belum cukup baik. Beberapa kondisi utama adalah distribusi vaksinasi Covid-19 yang masih lambat dan perekonomian kelas menengah ke bawah yang belum membaik.
Perekonomian yang belum membaik tersebut terindikasi dari data penyaluran kredit bank yang masih rendah serta aktivitas di pasar-pasar tradisional yang belum menggeliat. Bank Indonesia mencatat, penyaluran kredit pada Februari 2021 masih minus 2,15%.
Baca Juga: Tengah hari, rupiah spot melemah 0,45% ke Rp 14.560 per dolar AS
Menurut Anthony, indikasi itu semakin dikuatkan oleh adanya prediksi bahwa aktivitas ekonomi sepanjang bulan puasa belum akan meningkat tajam seperti harapan pelaku pasar. "Padahal, laju aktivitas ekonomi pada bulan puasa adalah indikator utama yang umum dijadikan referensi aktivitas ekonomi hingga akhir tahun," ungkap Anthony.
Lebih lanjut, dia menilai vaksinasi Covid-19 masih berjalan lambat. Berdasarkan hitungannya, dengan rata-rata vaksin per hari sekitar 40.000 orang saat ini, maka jumlah penerima vaksin dalam enam bulan ke depan berada pada kisaran angka 7,2 juta orang. Jumlah tersebut masih sangat rendah dibandingkan dengan target seluruh penduduk yang berada pada angka 260 juta jiwa.
Faktor negatif lainnya juga berasal dari potensi berlanjutnya kenaikan tingkat yield obligasi pemerintah AS yang akan berdampak pada pelemahan pasar keuangan domestik, terutama mata uang rupiah. Sebagai gambaran, yield seri US Treasury acuan yaitu tenor 10 tahun kemarin berada pada kisaran 1,65%, naik dari posisi 0,9% di akhir 2020.
Baca Juga: Jumlah investor saham dan reksadana meningkat pesat di kuartal pertama 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News