kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mirae Asset Ramal Pasar SBN Akan Menguat dalam Waktu Dekat, Ini Sentimennya


Rabu, 27 Maret 2024 / 22:12 WIB
Mirae Asset Ramal Pasar SBN Akan Menguat dalam Waktu Dekat, Ini Sentimennya
ILUSTRASI. Obligasi Negara.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi, harga pasar Surat Berharga Negara (SBN/obligasi pemerintah) dengan tenor menengah-pendek yaitu, 2-5 tahun dapat menguat dalam waktu dekat. Mengingat, saat ini kondisi di pasar surat utang masih cukup bergerak positif. 

Fixed Income Analyst Mirae Asset, Karinska Bella Priyatno memproyeksi, harga SBN tenor pendek masih akan tumbuh positif dengan tingkat imbal hasil (yield) di kisaran level 6,2% - 6,35%. Dengan begitu, pelaku pasar dapat memanfaatkan hal tersebut untuk bisa mendapatkan keuntungan.

Menurut dia, hingga akhir kuartal pertama tahun 2024, pasar surat utang lebih fokus pada seri tenor menengah dan pendek, terutama seri-seri FR0101, FR0100, PBS030, PBS032, SPN, dan SPSN. 

“Kalau saya lihat, pergerakan harga dan yield obligasi itu saling bertolak belakang. Sehingga ketika harga naik, maka yield akan turun. Begitu pula sebaliknya,” kata Karinska dalam acara Indonesia Bonds Market Outlook: Navigating Opportunities Amidst Uncertainties and Volatilities, di Jakarta, Kamis (27/3). 

Baca Juga: The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga, Begini Efeknya Terhadap Obligasi di Indonesia

Untuk itu, dia mengatakan bahwa yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang lantaran mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Tak hanya itu, sejak awal tahun ini, dia menuturkan bahwa instrumen fixed income tenor menengah-pendek memang terus menjadi pilihan utama pelaku pasar. Hal itu  bertujuan untuk memanfaatkan volatilitas pasar yang terjadi.

“Pasalnya, tenor menengah-pendek lebih bergerak fluktuatif dibandingkan dengan tenor yang lebih panjang,” kata dia. 

Selain itu, Karinska bilang, investor juga lebih sering memilih instrumen obligasi tenor pendek dan memanfaatkan jadwal jatuh tempo yang sudah dekat, sehingga risiko para pelaku pasar lebih terjaga. 

Pada kesempatan yang sama, Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto menyampaikan, keyakinan terhadap pasar obligasi tersebut tentunya tidak lepas terhadap kondisi ekonomi di Indonesia yang masih cukup tahan banting (resilient), meski di tengah situasi yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. 

Rully melihat, tantangan untuk ke depannya yaitu datang dari suku bunga yang masih tinggi dan adanya tren inflasi pangan yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga bahan pokok. 

“Namun, kemungkinan rencana turunnya suku bunga acuan global dan domestik akan membuat pasar obligasi dan lainnya membaik dan tumbuh positif di tahun ini,” kata Rully. 

Baca Juga: Penawaran Lelang Masuk Mencapai Rp 32,34 Triliun pada Lelang SUN, Selasa (26/3)

Selain itu, Rully mencermati, adanya rencana penurunan suku bunga juga dapat memengaruhi return obligasi di Indonesia. Pasalnya, ketika suku bunga acuan turun maka harga obligasi akan naik, karena yield (imbal hasil) obligasi berbanding terbalik dengan harga. 

"Obligasi sendiri memang masih menunggu kapan suku bunga bakal mulai diturunkan, ini masih sangat dipengaruhi oleh global, karena global ini berdampak pada rupiah. DI mana, ketika rupiah melemah return di pasar obligasi juga lebih tertekan sebenarnya," imbuhnya. 

Rully menuturkan bahwa semua jenis obligasi akan diburu oleh investor ketika terjadi penurunan suku bunga acuan. Namun, menurut dia, obligasi pemerintah, akan paling menarik untuk dikoleksi karena dari sisi likuiditas jauh lebih besar dibandingkan dengan obligasi korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×