Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak mengalami konsolidasi lantaran pasar masih menanti hasil kesepakatan pembatasan produksi minyak OPEC. Di sisi lain, kenaikan produksi Amerika Serikat (AS) menjadi ancaman bagi pergerakan harga.
Mengutip Bloomberg, Senin (16/1) pukul 18.58 WIB, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Februari 2017 di New York Mercantile Exchange tergerus 0,4% ke level US$ 52,16 per barel dibanding sehari sebelumnya.
Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, harga minyak sebenarnya masih mengalami konsolidasi. "Pelaku pasar masih menanti langkah selanjutnya dari OPEC," papar Deddy.
Arab Saudi mengaku telah memangkas produksi minyak hingga di bawah 10 juta barel per hari. Produksinya saat ini berada di level terendah dalam 22 bulan. Secara keseluruhan, negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC akan terus memangkas produksi bahkan pada level yang lebih besar mulai bulan depan.
Rencana OPEC membawa harapan pada laju harga minyak. Tetapi di sisi lain, minyak juga terancam oleh proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang akan segera dimulai. Jika terjadi hard Brexit, maka USD berpeluang menguat dan menekan harga minyak.
Lebih lanjut, produksi minyak AS akan terus menjadi ancaman. Pasalnya, setiap tahun AS menaikkan produksi minyak sekitar 235.000 barel per hari. Energy Information Administration (EIA) memperkirakan permintaan minyak global tahun ini akan naik menjadi 1,63 juta barel per hari dibanding tahun lalu 1,56 juta barel per hari.
Tetapi produksi AS juga terus menujukan kenaikan. EIA melihat produksi minyak AS bulan Desember di angka 9,22 barel per hari, naik 320.000 barel sepanjang tahun lalu. Data mingguan EIA pekan lalu memperlihatkan produksi AS naik 176.000 per hari atau kenaikan tertinggi sejak Mei 2015.
"AS kemungkinan akan mulai meningkatkan produksi pada semester pertama tahun ini," lanjut Deddy. Ia memperkirakan harga minyak pada kuartal pertama tahun ini akan bergerak pada rentang US$ 50 - US$ 55 per barel dengan kecenderungan konsolidasi.
Sementara untuk sepekan ke depan, peluang minyak menguat masih terbuka meski dengan pergerakan yang sempit. Data cadangan minyak AS akan menjadi salah satu sentimen penggerak harga. Di samping itu, pasar menanti pidato Gubernur The Fed, Janet Yellen pada Jumat (20/1). Pasar mencari sinyal kenaikan suku bunga dari pidato Yellen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News