Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Nilai tukar rupiah diprediksi akan menyentuh level Rp 13.000 pada Rabu (25/2) mendatang. Pasalnya tekanan dari eksternal semakin kencang sementara dalam negeri minim sentimen.
Di pasar spot, Selasa (24/2) posisi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah 0,67% ke level Rp 12.922 dibanding penutupan hari sebelumnya. Begitu pun di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah merosot 0,41% ke level Rp 12.866.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk memaparkan bahwa pelemahan yang terjadi memang cukup tajam. Rupiah terhadap USD merosot 80 hingga 100 poin. Yang mana pelemahan ini karena tekanan dari sentimen Eropa dan Amerika Serikat.
“Kesepakatan Yunani dan Eropa yang belum sempurna memberikan tekanan kepada rupiah,” jelas Reny. Menurutnya, walaupun European Central Bank setuju untuk memperpanjang tenggat waktu bailout Yunani selama empat bulan mendatang, namun kesepakatan itu masih disertai syarat.
Jika Yunani gagal memenuhi syarat yang membutuhkan reformasi anggaran tersebut maka kesepakatan bisa gagal. “Ini artinya peluang perpanjangan bailout masih 50%-50%,” tukas Reny. Hal ini mengakibatkan pasar masih enggan memegang EUR, otomatis USD melonjak.
Selain itu USD juga masih diburu pasar karena pasar menanti rilis hasil pertemuan The Fed. “Antisipasi pasar membuat USD melambung sementara rupiah terus ditekan,” kata Reny.
Pelemahan pun masih akan terjadi di besok. Tekanan terhadap rupiah terus terjadi pasalnya menjelang akhir bulan rilis data ekonomi dalam negeri sudah tidak ada lagi. Akibatnya, tekanan dari eskternal tidak memiliki penahan sehingga rupiah merosot cukup dalam.
“Apalagi menjelang akhir bulan biasanya permintaan terhadap USD baik untuk korporasi dan utang swasta meningkat,” jelas Reny. Efeknya, kebutuhan USD di dalam negeri juga melesat. Sehingga Reny menduga rupiah akan bergulir di sekitar Rp 12.850-Rp 13.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News