Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Harris Hadinata
JAKARTA. Mendung yang melingkupi pasar saham sejak akhir kuartal I membuat aksi penawaran saham perdana (IPO) ikut dirundung malang. Lihat saja, sejumlah calon emiten harus rela melepas harga perdananya di harga batas bawah. Bahkan sebagian terpaksa memangkas target daripada harus buntung.
Rencana IPO teranyar datang dari Perusahaan produsen komponen otomotif PT Garuda Metalindo Tbk yang akan melepas saham perdananya sebanyak 468,75 juta atau sekitar 20% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh di harga batas bawah yakni Rp 550 per lembar saham.
Dengan demikian, perusahaan ini hanya bisa meraup dana sebesar Rp 257,81 miliar. Padahal sebelumnya, perusahaan ini membidik raupan dana hingga Rp 375 miliar dengan menargetkan harga saham d ikisaran Rp 550 –Rp 800 per saham.
Lalu, ada PT Anabatic technologies Tbk yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) awal Juli mendatang mematok harga IPO Rp 700 per saham. Harga ini berkisar mendekati batas bawah dari penawaran Rp 650 - Rp 800 per saham. Bahkan, jumlah saham yang akan diluncurkan ke pasar juga dipangkas menjadi Rp 375 juta atau 20% modal ditempatkan dan disetor penuhnya dari rencana sebelumnya 30%.
Anabatic hanya akan memperoleh dana Rp 282,5 miliar. Semula, Anabatic mengincar sekitar Rp 417,8 miliar – Rp 514,2 miliar. Sekitar 50% dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan produk dan pasar, 30% untuk membayar utang, dan 20% untuk kebutuhan modal kerja.
Beberapa emiten yang sudah mencatatkan sahamnya tahun ini juga memangkas target IPO. Hanya, PT Mega Manunggal Properti (MMLP) saja yang mematok harga IPO mendekati batas atas yakni 585 per lembar dengan melepas 1,714 miliar saham. Sekitar 90% investor yang menyerap saham perdana emiten logistik ini merupakan institusi.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan kondisi pasar saham yang belum bagus akan membuat aksi IPO tertekan. Selama pasar saham belum pulih maka minat investor untuk menyerap saham IPO masih akan kecil. Masalah utang Yunani dan ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed masih jadi sentimen negatif.
Analis First Asia Capital David Natanael Sutyanto bahkan memprediksi target penambahan 32 emiten baru tahun ini yang dipatok BEI tidak akan tercapai. Pasalnya, permasalahan saat ini sangat fundamental yakni suku bunga tinggi dan asing tidak mau menempatkan dana dalam jangka waktu lama.
Hans memperkirakan IHSG akan mencapai level 5.600 di akhir tahun dengan asumsi suku bunga The Fed naik tahun ini. Sementara jika ditunda IHSG akan berada di kisaran 5.300- 5.400 di akhir tahun. David juga memperkirakan IHSG masih akan bertengger di atas level 5.000 hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News