Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan bursa saham global masih cenderung menurun. Hal tersebut tercermin dari kinerja reksadana saham syariah offshore yang juga mencatatkan kinerja negatif.
Berdasarkan data Infovesta per Selasa (26/5), dari total 14 produk reksadana saham syariah offshore, hanya ada satu produk yang mencatatkan pertumbuhan kinerja, yaitu reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar catatkan pertumbuhan kinerja 6,14% sejak awal tahun.
Sementara, mayoritas reksadana saham syariah offshore mengalami penurunan kinerja. Salah satunya, reksadana Bahana USD Global Sharia Equities yang kinerjanya menurun 9,4% sejak awal tahun.
Baca Juga: Duh, Baru Sebulan Lewat, Pencairan Reksadana Mencapai Rp 8,8 Triliun
Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengatakan kinerja reksadananya menurun karena kinerja bursa saham AS memang masih menurun. Sementara, prospek reksadana ini masih sangat tergantung pada pemulihan ekonomi akibat penyebaran Covid-19. "Tahun ini berat rasanya pasar bursa AS bisa pulih kembali seperti sebelum Covid-19 menyebar," kata Soni.
Alhasil, Soni pesimistis pertumbuhan kinerja reksadana saham syariah offshore akan terjadi di tahun ini. Soni memproyeksikan bursa AS pulih di 2021.
Baca Juga: Valuasi murah, SBN lagi-lagi diburu investor asing
Senana, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan ekspektasi penurunan pendapatan emiten secara global membuat harga saham di bursa manapun cenderung menurun.
Meski kinerja menurun, minat investor domestik pada reksadana saham syariah offshore tidak lantas berkurang. Bahkan, manajer investasi berencana meluncurkan reksadana saham syariah offshore baru. Mengacu pada pengumuman KSEI, Eastspring Investments Indonesia telah mendaftarkan reksadana baru, yaitu Reksadana Syariah Eastspring Syariah Greater China Equity USD.
Wawan mengatakan reksadana saham offshore yang memilih saham asal China menarik, karena kini di China penyebaran Covid-19 sudah terkontrol dan aktivitas ekonomi sudah dibuka meski tetap dengan batasan. "China sudah ada perbaikan ini menarik untuk investasi ke sana karena dia negara pertama yang sukses hadapi Covid-19," kata Wawan.
Baca Juga: Kinerja reksadana pendapatan tetap memimpin sepanjang Mei
Secara keseluruhan, Wawan mencatat dana kelolaan atawa asset under management (AUM) reksadana saham syariah offshore mencapai US$ 636 juta di akhir tahun lalu. AUM reksadana jenis ini sempat turun ke US$ 572 juta di Maret 2020, tetapi kembali naik di akhir Apirl menjadi US$ 623 juta.
Membaiknya AUM reksadana saham syariah offshore menandakan investor masih tertarik dengan reksadana yang beraset global tersebut. Wawan menyarankan reksadana ini cocok dimiliki untuk diversifikasi investasi, terutama bagi investor yang menginginkan berinvestasi di sektor teknologi.
Maklum, pilihan emiten di sektor teknologi dalam negeri masih terbatas. Selain itu, reksadana dengan denominasi dolar AS ini cocok bagi investor yang memang memiliki kebutuhan dalam dolar AS.
Baca Juga: IHSG diproyeksi menyentuh 5.000 pada perdagangan Kamis (4/6)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News