Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
Senada, Perencana Keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto, mengatakan risiko investasi di SCF cukup tinggi. "Kepemilikan UMKM masih pribadi dan risiko bisnis lebih besar dibanding perusahaan yang sudah besar," kata Eko.
Sebelum bergabung menjadi investor, Eko mengingatkan baiknya investor benar-benar mempelajari penerbit yang ada di paltform urun dana tersebut. Kembali pertimbangkan dan bertanya terkait standar laporan keuangan dan proyeksi imbal hasil yang diinfokan ke pemodal.
Baca Juga: Securities crowdfunding Bizhare berhasil bagikan dividen sebesar Rp 4 miliar
Jika yakin berinvestasi di SCF, Eko mengatakan instrumen investasi yang terbilang baru ini bisa menjadi pilihan portofolio investasi. "Sebagai alternatif investasi, SCF menarik karena perkembangan bisnis UMKM di Indonesia juga harus didukung oleh masyarakatnya sendiri dan bagi hasil usaha UMKM yang sukses cukup tinggi," kata Eko.
Hingga saat ini, terdapat lima platform SCF yang sudah memiliki izin OJK, yaitu, yaitu PT Santara Daya Inspiratama (Santara), PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare), dan PT Crowddana Teknologi Indonusa (CrowdDana), PT Numex Teknologi Indonesia (LandX), serta anak usaha Sinarmas Group PT Dana Saham Bersama (Danasaham).
Mengutip prospektus salah satu penerbit di laman LandX, PT Kuliner Maju Pertama yang bergerak di bisnis food & beverages mengestimasikan dividen sebesar 10%-15% per tahun kepada pemodalnya.
Selanjutnya: Platform equity crowdfunding Santara membuka pasar sekunder mulai hari ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News