Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Performa PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) semakin mantap. Bank pelat merah ini bahkan merangsek maju menduduki posisi pertama bank dengan jumlah aset terbesar di Tanah Air.
Data Bank Indonesia (BI) per Oktober 2014 mencatat, BBRI memiliki total aset Rp 712,44 triliun (bank only), naik 22,59% secara year on year (yoy). Jumlah tersebut mengalahkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang sebelumnya menempati posisi wahid.
Pada periode sama, BMRI memiliki aset Rp 707,96 triliun, naik 16,3% yoy. Analis menilai, peningkatan aset BBRI itu bakal mengangkat kinerja BUMN ini.
Analis Buana Capital Marisa Wijayanto mengatakan, dengan aset cukup besar, BBRI berpeluang untuk ekspansi operasional yang lebih besar.
Tak hanya itu, Aditya Putra Perdana Putra, Analis Semesta Indovest menyebut, bank yang memiliki aset besar cenderung memiliki likuiditas yang baik. Maklum, likuiditas jadi salah satu sorotan pada kinerja BBRI di tiga kuartal terakhir. Pada periode tersebut, pertumbuhan kredit lebih tinggi dibanding deposito.
Namun, Syaiful Adrian, Analis Buana Capital, memperkirakan, BBRI belum bisa mencapai target pertumbuhan kredit yang dipatok BI tahun lalu, yaitu 15,3%-16,6%. Secara year to date hingga Oktober 2014 pertumbuhan kredit BBRI tercatat 8,1%.
Tahun ini, BI memperkirakan, pertumbuhan kredit di kisaran 12%. "Target tersebut lebih realistis dibandingkan perkiraan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 16%-18%," tulis Syaiful.
Terlepas dari itu, Aditya menyebut, BBRI masih akan mengandalkan kredit mikro sebagai pendapatan bunga utama. BBRI memegang pangsa pasar kredit mikro sebesar 48%. Komite KUR, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, per November 2014, BBRI menyalurkan kredit mikro Rp 115,6 triliun, naik 37,67% yoy. Prediksi Aditya, jumlah itu akan terus naik seiring pertumbuhan jumlah kelas menengah.
"Persentase kredit mikro BBRI cukup sulit dikalahkan bank lainnya, karena jaringannya kuat," jelasnya. Dari sisi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) diperkirakan masih stabil. Prediksi Aditya, di akhir 2014, NPL BBRI akan menjadi 1,8%, turun dibandingkan kuartal III-2014 sebesar 1,9%.
Tapi, peningkatan NPL di kuartal I-2015 bisa terjadi, karena efek kenaikan harga BBM. Kinerja meningkat Marisa belum bisa memperkirakan pertumbuhan dana pihak ketiga. Ia hanya bilang, persaingan bisnis bank tak seketat tahun lalu. Perang suku bunga antarbank telah berakhir pasca OJK menetapkan aturan baru dengan membatasi maksimal bunga untuk deposito di atas Rp 2 miliar.
Meski begitu, Analis Sucorinvest Central Gani Andy Wibowo Gunawan mengingatkan, ada potensi net interet margin (NIM) BBRI tergerus, lantaran persaingan memperebutkan cuan di kredit mikro semakin ketat. Itu sebabnya, BBRI mulai mengucurkan kredit pada perusahaan konstruksi.
Strategi ini memanfaatkan program pemerintah yang menggenjot konstruksi. Proyeksi Marisa, tahun ini, BBRI akan mencatatkan penyaluran kredit menjadi Rp 609,82 triliun, dari target 2014 senilai Rp 512,34 triliun. Adapun, laba bersih akan naik menjadi Rp 26,04 triliun, dari tahun lalu Rp 23,17 triliun.
Dengan prospek tersebut, ketiga analis sepakat merekomendasikan beli saham BBRI. Marisa menargetkan harga Rp 12.700, Aditya di Rp 13.280 dan Syaiful di Rp 14.300. Kamis (15/1), saham BBRI ditutup turun 0,43% menjadi Rp 11.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News