Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turunnya harga emas pada perdagangan (2/5) diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir pekan ini. Di sisi lain, pelemahan harga emas juga berpotensi dimanfaatkan beberapa bank sentral di dunia untuk membeli emas.
Berdasarkan Bloomberg, Kamis (2/5) pukul 19.30 WIB, harga emas untuk pengiriman Juni 2019 di Commodity Exchange berada di US$ 1.271,50 per ons troi, turun 0,98% jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di US$ 1.284,20 per ons troi.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, tertekannya harga emas hari ini (2/5) lantaran kebanyakan investor memilih untuk menjual emas usai hasil Federal Open Market Committe (FOMC) yang mempertahankan suku bunga acuan Bank Sentral AS di level 2,5% tahun ini.
"Semalam, The Fed mengindikasikan akan menahan suku bunga acuannya tahun ini dan belum berencana melakukan pemangkasan. Pasar melihat, sikap hawkish The Fed memungkinkan adanya ruang kenaikan suku bunga acuannya di akhir tahun," ungkap Deddy kepada Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Apalagi, berbagai data ekonomi AS cukup mendukung The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya. Di antaranya, seperti data gross domestic product (GDP) AS di kuartal I-2019 yang sukses tumbuh 3,2% lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang hanya 2,2% dan di atas perkiraan pasar yang memprediksi kenaikan hanya 2%.
Selain itu, data tenaga kerja AS dinilai cukup solid di mana pertumbuhannya naik di atas 200.000 tenaga kerja. Sedangkan melambatnya laju inflasi AS, dianggap Bank Sentral AS masih cukup wajar dan berpotensi untuk tumbuh di kuartal berikutnya.
"Hal-hal ini yang membuat harga emas tertekan karena dampak dari kebijakan The Fed. Namun, di sisi lain pembelian emas kalau dilihat masih meningkat," ujarnya.
Berdasarkan data dari World Gold Council, cadangan emas global meningkat 68% atau 145,5 ton sepanjang kuartal I-2019 dari periode yang sama tahun sebelumnya. Permintaan emas sebagian besar datang dari Bank Sentral di Rusia dan China yang berniat untuk mengurangi kepemilikan treasurry AS.
"Kami telah melihat keberlanjutan permintaan (emas) yang kuat dari bank sentral, dan kami mengharapkan ini jadi tahun uang baik untuk pembelian," kata Kepala Pasar Intelijen World Gold Council, dikutip dari Bloomberg Kamis (2/5).
Melihat kondisi tersebut, Deddy melihat adanya ruang bagi harga emas untuk rebound di pekan depan. "Dengan murahnya harga emas saat ini, bisa jadi pemicu untuk investor ikut masuk ke pasar," ungkap Deddy.
Secara teknikal, Deddy menilai pergerakan harga emas masih cenderung bearish, mengingat harga masih bergulir di bawah MA50, MA100 dan MA200 yang mengindikasikan bahwa harga masih berpotensi melemah. Sedangkan secara stochastic, harga emas sudah oversold dan berada di area 11, sehingga berpotensi untuk rebound, ditambah lagi harga sudah cukup murah.
Begitu juga dengan RSI yang menunjukkan sudah oversold dan berpotensi rebound, sedangkan untuk MACD masih berada di area negatif. Sehingga, secara teknikal harga emas masih berpotensi untuk melemah, namun cenderung tipis.
"Pekan depan, harga emas akan ada technical rebound. Strateginya untuk investor bisa wait and see, sembari menunggu data pasar tenaga kerja (non farm payroll) AS di pekan depan," sarannya.
Pergerakan emas diperkirakan bakal berada pada kisaran support US$ 1.264,40 per ons troi, sedangkan untuk resistance US$ 1.280,23 per ons troi.
Deddy menjelaskan, jika tingkat upah tenaga kerja AS tumbuh sesuai ekspektasi pasar, maka harga emas berpotensi naik.
"Selain itu, saat ini emas juga masih menjadi pilihan save haven di kalangan investor. Untuk itu, investor baru bisa action pekan depan usai data tenaga kerja AS dirilis," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News