Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 4,09% dalam sebulan terakhir, sejumlah indeks yang biasanya menjadi acuan reksadana indeks juga menunjukkan kinerja kurang baik. Sebut saja indeks LQ45, IDX30, Kompas100, dan SRI-KEHATI.
Alhasil, kinerja reksadana indeks juga kurang moncer. Sebagaimana diketahui, return reksadana indeks biasanya menyerupai indeks yang menjadi acuannya. Semakin kecil selisihnya, semakin baik pula kinerja reksadana indeks tersebut.
Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Caroline Hanni mengatakan, koreksi yang terjadi pada pasar saham tidak terlepas dari sentimen negatif global saat ini. Mulai dari dilema sektor perbankan AS dan global terkait kenaikan suku bunga acuan hingga krisis likuiditas akibat keruntuhan sejumlah bank.
Umumnya, hal ini akan berimbas pada saham-saham berkapitalisasi kecil-sedang terlebih dahulu. Kemudian, berlanjut pada saham berkapitalisasi besar karena aksi jual atawa sell-off bertahap yang dilakukan bertujuan mengurangi risiko investasi.
Baca Juga: IHSG Dalam Tren Bearish, Simak Strategi Investasi dan Saham Pilihan Analis
Hal ini tercermin dari indeks IDX30 dan LQ45 yang mampu bergerak lebih kuat dibandingkan IHSG dalam dua bulan terakhir. Sebagaimana diketahui, indeks IDX30 dan LQ45 berisikan saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar.
Untuk ke depannya, Caroline meyakini kondisi pasar akan lebih optimistis seiring dengan penurunan suku bunga yang diproyeksikan terjadi di semester II-2023. "Pada saat itu, potensi kenaikan dari reksadana indeks juga cukup besar mengingat arus inflow investor global banyak ditujukan pada saham berkapitalisasi besar di Indonesia," kata Caroline saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/3).
Menurut dia, risiko yang terdapat di pasar justru dapat diminimalkan dengan berinvestasi di reksadana indeks. Mengingat, saham-saham yang dipilih di dalam indeks LQ45, IDX30, Kompas100, dan lainnya telah disesuaikan dengan kriteria tertentu yang tidak lepas dari manajemen neraca keuangan hingga tingkat likuiditas yang memadai.
"Indeks-indeks tersebut juga selalu dievaluasi secara berkala untuk menjaga kualitas dari indeks itu sendiri," ucap Caroline.
Baca Juga: Reksadana Indeks Terseret Sentimen Negatif di Pasar Saham, Berikut Prospeknya
Alhasil, menurut Caroline, dengan menambah porsi reksadana indeks, investor dapat menekan koreksi yang terdapat di portofolionya. Likuiditas yang diberikan juga dapat memudahkan investor untuk segera melakukan rebalancing ke aset lebih berisiko.
Meskipun begitu, di saat seperti ini, investor juga perlu untuk melakukan diversifikasi dalam portofolionya. Posisi defensif dapat diutamakan sampai kondisi pasar lebih optimistis.
Reksadana saham tematik dengan strategi defensif seperti Sucorinvest Equity Fund (SEF) atau reksadana indeks seperti Sucorinvest IDX30 (SIDX30) dapat menjadi pilihan untuk menjaga imbal hasil portofolio investor dari volatilitas pasar yang terlalu tinggi.
Baca Juga: Fleksibel Meracik Portofolio, Reksadana Campuran Solusi di Pasar yang Volatil
Investor dapat menyesuaikan kebutuhan investasi dengan profil risiko masing-masing. Untuk investor dengan profil risiko konservatif, reksadana pasar uang menjadi pilihan yang ideal guna menjaga imbal hasil tetap stabil di tengah ketidakpastian ekonomi.
Lalu, untuk investor dengan profil risiko moderat, reksadana campuran dan reksadana obligasi berbasis korporasi juga menarik. Investor berpeluang mendapatkan upside yang lebih besar mengingat koreksi yang terjadi di pasar telah merefleksikan risiko secara keseluruhan dan cenderung menguat ketika kondisi lebih kondusif. Fleksibilitas yang ditawarkan dari produk reksadana campuran juga secara historis memperlihatkan imbal hasil lebih tinggi.
Sementara itu, untuk investor dengan profil risiko agresif, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk kembali mengoleksi reksadana saham. Pasalnya, koreksi yang terjadi sudah cukup dalam. Valuasi saham saat ini juga sudah terdiskon sehingga menciptakan potensi upside di waktu mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News