kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski telah mengikis IHSG, saham-saham ini dinilai masih menarik


Kamis, 25 Maret 2021 / 20:30 WIB
Meski telah mengikis IHSG, saham-saham ini dinilai masih menarik
ILUSTRASI. Karyawan mengabadikan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/1/2021). ANTARA FOTO/Reno Esnir


Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten berkapitalisasi pasar besar tercatat melorot. Beberapa di antaranya menjadi saham pemberat IHSG atau saham laggard.  Mengutip catatan Bursa Efek Indonesia, Kamis (25/3), sepanjang bulan Maret 2021 terdapat dua emiten berkapitalisasi jumbo yang menyeret IHSG yakni BBCA dan UNVR

Harga saham BBCA melorot 5,1% sepanjang bulan ini menjadi Rp 31.850. Asal tahu saja, kapitalisasi pasar BBCA mencapai 10,78% dari total kapitalisasi bursa atau setara Rp 777 triliun. Sehingga, tidak mengherankan jika saham ini menekan IHSG paling signifikan hingga 35,3 poin. 

Sementara itu, harga saham UNVR turun hingga 5,0% sepanjang Maret 2021 menjadi Rp 6.650. Kapitalisasi pasar UNVR tercatat Rp 254 triliun atau setara 3,5% dari total kapitalisasi bursa. Adapun UNVR telah menekan IHSG hingga 11,4 poin. 

Baca Juga: Indeks sektor properti masih melemah sejak awal tahun, ini rekomendasi dari analis

Jika dilihat sejak awal tahun, kedua saham itu juga tergolong sebagai saham laggard. Secara year to date (ytd), BBCA menyeret IHSG hingga 41,7 poin dan UNVR memberatkan IHSG hingga 23,0 poin. 

Selain kedua emiten di atas, ada saham big cap lain yang mengikis IHSG yakni ASII dan HMSP.  ASII dengan kapitalisasi pasar Rp 221 triliun menekan IHSG hingga 19,9 poin. Adapun harga sahamnya tercatat menurun 9,5% ytd menjadi Rp 5.450. 

Tidak jauh berbeda, harga saham HMSP telah menurun hingga 8,6% ytd menjadi Rp 1.375. Emiten berkapitalisasi pasar Rp 160 triliun itu memberatkan IHSG hingga 13,2 poin. 

Analis Philip Sekuritas Indonesia  Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan, mayoritas saham-saham jumbo yang mengikis IHSG itu mengalami aksi jual bersih (net sell) investor asing yang cukup besar. Di sisi lain, fenomena kenaikan yield Amerika Serikat (AS) memperderas outflow.

Baca Juga: Simak rekomendasi teknikal saham AGRO, DGNS, dan SRTG untuk perdagangan Jumat (26/3)

"Ketika asing outflow, memang saham-saham big cap yang menjadi incaran karena mereka proxy terdekat dengan IHSG dan juga likuiditasnya sangat tinggi," ujar Zamzami kepada Kontan.co.id, Kamis (25/3). 




TERBARU

[X]
×