kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.134   66,00   0,41%
  • IDX 7.090   106,44   1,52%
  • KOMPAS100 1.059   18,57   1,79%
  • LQ45 832   15,44   1,89%
  • ISSI 215   2,37   1,12%
  • IDX30 424   8,09   1,94%
  • IDXHIDIV20 511   9,36   1,87%
  • IDX80 121   2,07   1,75%
  • IDXV30 125   0,81   0,65%
  • IDXQ30 142   2,54   1,83%

Meski Sedang Terkoreksi, Harga Bitcoin Diprediksi Capai US$ 140.000 di awal 2025


Minggu, 22 Desember 2024 / 20:04 WIB
Meski Sedang Terkoreksi, Harga Bitcoin Diprediksi Capai US$ 140.000 di awal 2025
ILUSTRASI. Mata uang digital kripto: Litecoin, Dogecoin, Bitcoin, Ethereum, Shiba. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin cs terjun usai Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam upaya pemerintah membangun cadangan bitcoin. Meski begitu, prospek aset digital tersebut dinilai masih akan tetap positif.

Berdasarkan Coinmarketcap, harga Bitcoin berada US$ 96.330 pada Minggu (22/12) pukul 16.26 WIB. Dalam 24 jam terakhir harganya turun 1,68%, mengakumulasi pelemahan 5,25% dalam sepekan.

Baca Juga: Harga Aset Kripto Diprediksi Kembali Naik Usai Tertekan Sentimen The Fed

Sejumlah aset kripto lainnya juga tercatat mengalami penurunan cukup besar dalam sepakan terakhir. Misalnya, Ethereum turun 12,76%, Solana 15,55%, dan XRP 6,43%.

Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menerangkan, pernyataan Powell memberikan sentimen negatif jangka pendek. Ini mencerminkan sikap skeptis terhadap Bitcoin sebagai aset strategis, yang dapat memengaruhi kepercayaan institusional.

Anjloknya pasar kripto baru-baru ini telah membebani sentimen investor, sebagaimana dibuktikan oleh penurunan signifikan dalam aset digital.

Di tengah anjloknya Bitcoin baru-baru ini , ETF Bitcoin Spot AS juga mencatat arus keluar minggu ini, mengakhiri arus masuk selama 16 hari berturut-turut pada tanggal 18 Desember.

Di sisi lain, ETF Bitcoin Spot AS telah mengakhiri tren masuknya selama 16 hari minggu ini, karena pasar kripto mencatat penurunan besar-besaran. Di tengah hal ini, ETF Bitcoin BlackRock (IBIT) mencatat arus keluar tertinggi sejak peluncurannya, yang memicu kekhawatiran di kalangan investor.

Baca Juga: BlackRock Merilis Iklan Bitcoin Para Bitcoiners Justru Membencinya, Mengapa?

"Pada saat yang sama, FBTC Fidelity juga mengalami penurunan terbesar awal minggu ini, yang mencerminkan menurunnya selera investor untuk bertaruh pada risiko," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (21/12).

Terlihat, pada hari Jumat (20/12), BTC menghadapi volatilitas, merosot ke US$ 92.074 yang juga disebabkan aksi ambil untung menjelang liburan. Sentimen pasar terhadap jalur suku bunga Fed yang lebih agresif juga memicu aksi jual.

Namun, data ekonomi AS, pada hari Jumat memicu pemulihan kripto secara luas dengan Bitcoin kembali mencapai US$ 98.000.

Baca Juga: Harga Sudah Tinggi, Robert Kiyosaki Bilang Belum Terlambat untuk Mulai Beli Bitcoin

Tahun besar kripto

Fyqieh menilai tahun 2025 bisa menjadi tahun yang besar bagi mata uang kripto, terutama saat Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Selama kampanyenya, Trump mempromosikan dirinya sebagai 'presiden kripto', yang mendapatkan dukungan dari banyak orang di komunitas kripto.

Untuk awal tahun 2025, Bitcoin dinilai juga akan mengalami dengan baik. Pasar yakin bahwa kebijakan Trump yang pro-kripto dapat membantu mendorong harga lebih tinggi.

Salah satu katalis utama yang bisa mendongkrak harga Bitcoin cs adalah peningkatan arus masuk modal ke ETF Bitcoin spot di AS.

Baca Juga: Pernyataan Powell Bikin Pasar Kripto Anjlok, Investor Nantikan Reli Sinterklas

Sebab, ETF Bitcoin memberikan akses mudah bagi investor institusional dan ritel untuk berinvestasi di Bitcoin tanpa perlu memahami teknis penyimpanan atau risiko keamanan.

"Dengan meningkatnya permintaan ETF, harga Bitcoin dapat terdorong karena likuiditas yang lebih besar dan eksposur institusi terhadap aset ini," sebutnya.

Katallis selanjutnya adalah stimulus ekonomi yang diumumkan oleh beberapa negara, terutama AS, akan menciptakan likuiditas baru yang signifikan di pasar keuangan. "Relevansi untuk kripto, sebagian dari likuiditas itu umumnya mengalir ke aset spekulatif, termasuk Bitcoin dan kripto lainnya, karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi," terangnya.

Fyqieh mencontohkan, ketika pandemi COVID-19 terjadi pada 2020 stimulus besar-besaran oleh pemerintah AS mendorong kenaikan harga Bitcoin hingga mencapai ATH baru. Likuiditas tambahan memungkinkan lebih banyak arus modal masuk ke pasar kripto.

Katalis lainnya dari The Fed yang telah memberikan indikasi kemungkinan penurunan suku bunga di masa depan. Meski bersikap lebih hawkish, tetapi pemangkasan suku bunga akan tetap ada.

Baca Juga: El Salvador Tetap Lanjutkan Pembelian Bitcoin Meski Ada Peringatan dari IMF

Meski didukung sejumlah katalis, Fyqieh menyarankan investor tetap berhati-hati lantaran pasar kripto sering kali rentan terhadap volatilitas. Hal itu juga dapat mengakibatkan koreksi tajam setelah kegembiraan awal atas kepresidenan Trump memudar.

"Dengan mempertimbangkan siklus pasar, adopsi yang terus meningkat, dan efek dari katalis yang disebutkan maka target harga Bitcoin di kuartal I 2025 diproyeksikan berada di rentang US$ 120.000 hingga US$ 140.000, dengan asumsi tidak ada gangguan besar dari regulasi atau makroekonomi," tutupnya.

Selanjutnya: Empat Orang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter di Rumah Sakit Turki

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau Rutin untuk Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×