CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Meski indeks risiko naik, dana investor asing tetap mengalir masuk ke Indonesia


Senin, 26 Oktober 2020 / 18:30 WIB
Meski indeks risiko naik, dana investor asing tetap mengalir masuk ke Indonesia
ILUSTRASI. Risiko negara Indonesia naik dan berada di level tertingginya sejak Agustus 2017 silam.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Risiko negara Indonesia naik dan berada di level tertingginya sejak Agustus 2017 silam. Hal ini tercermin dari indeks Geoquant yang berada di level 56,27. Sebelumnya, rata-rata level indeks Indonesia ada di 56,05. Padahal, rata-rata level indeks Geoquant di empat negara Asia yang di-cover berada di level 52,07.

Indeks Geoquant merupakan indeks yang mengukur risiko investasi di suatu negara dengan mempertimbangkan faktor pemerintahan, kondisi sosial dan keamanan. Menurut studi Bloomberg, indeks Geoquant ini berkorelasi dengan yield SUN, arus dana asing, CDS, sampai nilai tukar. Artinya, semakin tinggi indeks Geoquant, yield juga semakin tinggi, arus dana asing cenderung keluar, dan nilai tukar melemah.

Namun, Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha menilai, kenaikan indeks Geoquant Indonesia merupakan hal yang wajar. Ia mengatakan, bahwa faktor geopolitik berperan penting terhadap masalah inflow dan outflow, khususnya di investasi portofolio. Selain itu, kebijakan pemerintahan suatu negara juga akan memengaruhi sebuah risiko investasi.

“Indonesia kan baru-baru ini membuat kebijakan omnibus law yang menghadirkan pro dan kontra. Dari sisi geopolitik, terjadi aksi demo memprotes kebijakan omnibus law. Sementara dari sisi kondisi sosial, angka pengangguran juga mengalami lonjakan akibat pelemahan ekonomi imbas dari pandemi,” kata Yudha kepada Kontan.co.id, Senin (26/10).

Baca Juga: Asuransi dijual online, OJK siapkan aturan mitigasi risiko

Dari ketiga faktor tersebut, Yudha menilai naiknya indeks Geoquant menjadi hal yang wajar. Namun, dia optimistis kenaikan indeks ini tidak akan memberi dampak yang signifikan terhadap minat investor asing dan bersifat sementara.

Pasalnya, aksi demo belakangan sudah mulai mereda, di satu sisi banyak kalangan yang menyambut baik kebijakan omnibus law. Sementara terkait melonjaknya pengangguran, hal tersebut juga terjadi di negara lainnya secara global. 

Di sisi lain, Yudha percaya bahwa Indonesia masih jadi tetap jadi negara tujuan investasi yang menarik. Dia berkaca dari tren secara historis di mana investor asing selalu mencatatkan inflow dalam sepuluh tahun terakhir. Hanya tahun ini yang kondisinya cukup berbeda seiring imbas dari ketidakpastian ekonomi.

“Tapi sekarang tren appetite investor asing juga sudah mulai membaik, terbukti selama Oktober ini sudah ada inflow sekitar Rp 20 triliun. Dan ini masih akan terus tumbuh hingga akhir tahun nanti,” ungkap Yudha.

Baca Juga: Kupon ORI018 terendah sepanjang sejarah, minat investor tetap tinggi

Yudha menambahkan, justru bukan soal ketidakstabilan politik yang menghambat investor asing untuk masuk. Melainkan, sentimen ketidakjelasan mengenai isu dewan moneter menghalangi investor asing. Ada kekhawatiran untuk masuk ketika independensi Bank Indonesia hilang dan berpeluang di setir negara. Menurut Yudha, jika tidak ada sentimen tersebut, inflow akan terjadi bahkan sejak bulan lalu.

Dengan perkembangan vaksin, pemulihan ekonomi mulai berjalan, serta pemilu Amerika Serikat (AS) segera berlangsung, Yudha optimistis aliran dana akan semakin deras. Apalagi secara fundamental, Indonesia masih tetap jadi negara yang paling prospektif.

“Pemulihan ekonomi kita bisa lebih cepat dibanding negara lain, obligasi kita masih punya spread yang menarik dibanding US Treasury, rupiah pun juga sudah mulai stabil. Investor asing itu akan keluar ketika terjadi volatilitas nilai tukar, dengan adanya omnibus law yang berupaya menghadirkan foreign direct investment (FDI), ini bisa memperbaiki secara struktural dan rupiah semakin terjaga,” pungkas Yudha.

Baca Juga: Ini perusahaan yang sempat gagal bayar dan berisiko gagal bayar di kuartal III-2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×