Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor kripto akan menemui fenomena Halving Day Bitcoin pada tahun 2024. Peristiwa yang terjadi setiap 4 tahun sekali tersebut sangat dinantikan dan menjadi kunci kesuksesan untuk para investor aset kripto.
Halving day merupakan peristiwa di mana hadiah (reward block) dalam protokol kripto mengalami pengurangan setengah atau 50%. Hal ini berarti bahwa jumlah koin baru yang dibuat sebagai hadiah bagi penambang (miners) dikurangi separuhnya.
Halving day dalam aset kripto dilakukan pertama kali oleh Bitcoin. Halving day pertama yang terjadi pada aset kripto Bitcoin pada tahun 2012 ditandai dengan pengurangan reward bagi para penambang Bitcoin menjadi 25 bitcoin.
Kemudian, pada halving day kedua pada 2016, reward berkurang menjadi 12,5 bitcoin. Halving day yang ketiga pada 11 Mei 2020, reward para penambang dikurangi menjadi 6,25 BTC. Jika tetap mengikuti histori halving, maka halving berikutnya akan terjadi pada 2024 mendatang dengan reward penambang menjadi 3,125 BTC.
Baca Juga: Nilai Aset Transaksi Tokocrypto Masih Tumbuh 15% Sejak Awal Tahun
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan halving day Bitcoin ditunggu oleh para investor karena mampu meningkatkan kondisi pasar karena Bitcoin masih jadi penggerak utama dalam market aset kripto. Proses halving dilakukan untuk mengendalikan laju penambahan Bitcoin baru dan menjaga agar pasokan Bitcoin yang beredar tetap terjaga, sehingga terhindar dari inflasi.
Penurunan reward pada halving day akan menjadikan Bitcoin lebih langka. Saat ini, Bitcoin yang tersedia sebanyak 91% di seluruh dunia dengan jumlah sekitar 19 juta Bitcoin dan supply Bitcoin telah ditetapkan sebanyak 21 juta Bitcoin yang diperkirakan akan selesai ditambang pada 2140 mendatang.
“Sesuai dengan prinsip ekonomi, berkurangnya produksi Bitcoin dan meningkatnya permintaan Bitcoin akan meningkatkan harga Bitcoin membuat investor harus bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan Bitcoin.” kata Panji dalam siaran pers, kemarin.
Data historis menunjukkan setelah halving day tahun 2016, Bitcoin mencapai all-time high (ATH) baru pada Desember 2017, dengan harga mencapai sekitar US$ 20.000. Kemudian, saat halving day tahun 2020, Bitcoin mencapai ATH baru pada bulan April 2021, dengan harga sekitar US$ 64.000. Nilai ini meningkat sebesar lebih dari 200% dari ATH sebelumnya.
Sejak 2022 hingga saat ini, industri aset kripto tengah mengalami fase bearish, yang umum terjadi setelah Bitcoin mencapai level tertinggi sepanjang masa atau ATH. Fase bearish ini telah terjadi setiap 4 tahun sekali dan sudah tercatat sebelumnya pada tahun 2014 dan 2018.
Karena itu, Panji menganalisis pada tahun 2023 ini merupakan momentum yang tepat bagi investor aset kripto untuk melakukan akumulasi aset kripto yang saat ini harganya relatif rendah. Investor aset kripto disarankan untuk mulai melakukan investasi dengan metode dollar cost averaging (DCA).
“Dollar cost averaging adalah melakukan investasi dalam jumlah nominal yang sama secara rutin dan proporsional ke dalam aset kripto dalam rentang waktu tertentu. Metode ini sangat cocok untuk investasi jangka panjang, karena berpotensi menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi dan memberikan keuntungan kumulatif yang stabil,” ujarnya.
Baca Juga: Nilai Transaksi Aset Kripto Diproyeksikan Tertekan Hingga Akhir Tahun
Selain itu, Panji juga menyarankan untuk melakukan diversifikasi portofolio. Para investor sebaiknya mengalokasikan sebagian dari investasi ke aset kripto lainnya, seperti Litecoin, Ethereum, atau aset lain yang dapat memberikan peluang keuntungan potensial selama periode halving.
Panji mengingatkan agar investor mengelola manajemen risiko dalam trading aset kripto yang memiliki volatilitas tinggi. Investor aset kripto dihimbau untuk terus memperhatikan berita dan perkembangan industri kripto.
“Memahami tren pasar dan fundamental kripto dapat membantu dalam membuat keputusan investasi yang lebih baik,” tutup Panji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News