Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan lalu, harga Bitcoin (BTC) sempat naik dari US$ 27.500 ke US$ 28.300 beberapa saat setelah pengumuman Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) pada 10 Mei 2023. BTC merespons positif penurunan inflasi AS sebesar 0,1% dari 5,0% pada Maret menjadi 4,9% pada bulan April 2023.
Namun, turunnya inflasi AS masih jauh dari target The Fed yang menargetkan penurunan hingga 2%, sehingga The Fed menyatakan Bank Sentral AS kemungkinan akan mempertahankan suku bunga jika inflasi tetap tinggi. Pernyataan The Fed ini kembali menyebabkan tekanan terhadap Bitcoin selama akhir pekan lalu di kisaran US$ 25.850.
Pada Selasa (16/5) pukul 17.25 WIB, BTC bergerak di kisaran US$ 27.013 turun 1,40% dalam 24 jam terakhir dan melemah 2,17% dalam tujuh hari. Harga Ethereum (ETH) turun 0,84% dalam 24 jam terakhir dan melemah 1,55% dalam tujuh hari terakhir.
Total kapitalisasi pasar aset kripto juga turun menguat sebesar 1,25% menjadi US$ 1,13 triliun dalam sehari.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Bocorkan Rahasia Menarik Cara Memperbaiki Keuangan Anda
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan, pergerakan harga Bitcoin pekan ini berpotensi kembali menguji level resistance di US$ 27.800. Menurut dia, jika BTC mampu breakout maka BTC berpotensi lanjut menguat ke dynamic resistance MA-20 di kisaran US$ 28.150.
"Sebaliknya jika gagal menembus resistance, BTC akan kembali turun ke US$ 26.600 di atas US$ 26.600," tulis Panji dalam riset, Selasa (16/5).
Panji melihat, sentimen positif pergerakan harga BTC pekan ini didorong oleh kemajuan pembicaraan plafon utang Amerika Serikat. Parlemen AS diperkirakan akan dapat memecahkan kebuntuan saat ini dan mencapai kesepakatan untuk menaikkan anggaran Federal Reserve.
"Hal ini memicu optimisme di pasar bahwa Amerika Serikat tidak akan gagal membayar utangnya," kata Panji.
Baca Juga: Hati-Hati, Fase Koreksi Harga Bitcoin dan Altcoins
Terakhir kali pagu utang AS berada pada tingkat yang genting adalah pada tahun 2011. Pada saat itu, AS memutuskan untuk menaikkan plafon utang dan mencetak lebih banyak uang untuk menghindari default atau gagal bayar.
Minggu lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan default dapat terjadi paling cepat 1 Juni jika plafon utang tidak dinaikkan. Pernyataan tersebut telah menimbulkan banyak kekhawatiran di pasar. Selain itu, dalam minggu ini investor juga akan mencermati pernyataan Gubernur The Fed pada hari Jumat (19/5) untuk mencari petunjuk tentang potensi perubahan suku bunga selanjutnya.
"Untuk saat ini, investor bisa menerapkan strategi dollar cost averaging (DCA) untuk mengantisipasi volatilitas yang terjadi di pasar aset kripto di tengah guncangan ekonomi AS," tutur dia.
Baca Juga: Kerap Jadi Sarana Cuci Uang, G7 Minta Pergerakan Mata Uang Kripto Diawasi Lebih Ketat
Analisis Teknikal Bitcoin & Ethereum Minggu ini:
1. BTC/USDT
Support: US$ 26.600
Resistance: US$ 27.800
Selasa (16/5) pagi, BTC bergerak di kisaran US$ 27.200. Kemarin malam BTC sempat naik ke US$ 27.650. Selanjutnya, BTC berpotensi akan kembali menguji level resistance di US$ 27.800. Jika BTC mampu breakout maka BTC berpotensi lanjut menguat ke dynamic resistance MA-20 di kisaran US$ 28.150. Sebaliknya jika gagal menembus resistance, BTC akan kembali turun ke US$ 26.600 di atas US$ 26.600. Indikator Stochastic menguat di area centreline dan MACD histogram bar dalam zona bearish terbatas.
Baca Juga: Bitcoin Rawan Koreksi Pekan ini, Investor Wait and See Menunggu Data Inflasi AS
2. ETH/USDT
Support: US$ 1.750
Resistance: US$ 1.850
Secara teknikal, Selasa (16/5) pagi 08:00 WIB, ETH bergerak di kisaran US$1.815. Sebelumnya, pada jumat lalu, ETH sempat rebound di area dynamic support MA-100 yang berada di US$1.750. Selanjutnya, ETH berpotensi akan menguat menguji area dynamic resistance MA-20 terlebih dahulu yang berada di US$1.850 sebelum kembali menguat menuju ke level psikologis resistance di US$2.000. Indikator Stochastic menguat di area centreline dan MACD histogram bar dalam dalam momentum bearish terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News