Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Jumat (22/11) sudah ada 46 perusahaan yang melantai di bursa efek sepanjang 2019. Berdasar penelusuran Kontan.co.id, dana yang dihimpun melalui 46 perusahaan itu sebanyak Rp 12,45 triliun.
Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat masih ada 38 calon perusahaan dalam pipeline, 34 diantaranya bakal menggunakan tahun buku Juni.
UOB Kay Hian Sekuritas menjadi penjamin emisi efek yang paling banyak mengantar calon perusahaan melakukan Intial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana.
Baca Juga: UOB Kay Kian sebut bisnis underwriting tahun depan akan berat
Berdasar pengamatan Kontan.co.id, UOB Kay Hian Sekuritas menjadi lembaga penjamin efek untuk 12 perusahaan dengan dana yang terhimpun sebanyak Rp 2,32 triliun.
Walaupun UOB Kay Hian Sekurtias memegang jumlah emiten paling banyak, sejauh ini Sinarmas Sekuritas menghimpun dana paling besar, yaitu Rp 5,04 triliun.
Jumlah tersebut diperoleh melalui empat perusahaannya yang melantai di bursa saham, PT Nusantara Almazia Tbk. (NZIA), Perdana PT Oprima Prima Metal Sinergi Tbk. (OPMS), Perdana PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk. (LIFE), dan Perdana PT Menteng Heritage Realty Tbk. (HRME).
Dana paling besar Rp 4,7 triliun berasal dari LIFE. Jumlah tersebut sekaligus menjadi nilai IPO perusahaan terbesar sejauh ini.
Direktur PT Sinarmas Sekuritas Kerry Rusli menerangkan, hingga akhir tahun masih ada satu perusahaan yang akan digiringnya untuk IPO, yakni Unicharm. Adapun nilai dari IPO tersebut diperkirakan Rp 50 miliar hingga Rp 60 miliar.
Baca Juga: Lima saham ini menekan IHSG sejak awal tahun, simak rekomendasi analis
Sementara itu, UOB Kay Hian Sekuritas masih akan membawa enam calon emiten untuk IPO. Head of Financial UOB Kay Hian Sekuritas Nefo Handojo mengatakan sektor perusahaan yang masih dalam antrian meliputi tambang, bank, dan properti. Untuk nilainya, Nefo enggan untuk membeberkannya.
Tahun ini UOB tengah fokus pada bisnis underwriting. Fokus bisnis ini masih akan berlanjut tahun depan, meskipun diakui Nefo tahun depan bisnis underwriting akan berat.
Sebab, banyaknya kasus dari perusahaan-perusahaan yang IPO mendorong adanya pengetatan aturan terhadap calon perusahaan yang akan melantai di bursa.
Baca Juga: Simak pandangan analis soal prospek saham KEJU dan PSGO yang akan IPO pekan depan
" Kami sudah antisipasi untuk perubahan aturan dan kita selalu jaga untuk tidak menjadi kasus di pasar modal," jelasnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (22/11).
Sejalan dengan Rusli, Direktur Utama Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto berpendapat tahun depan masih menjadi tahun yang menantang untuk underwriting.
"Ekonomi global masih belum stabil dan belum ada katalis dari dalam negeri," katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (24/11).
Baca Juga: Resmi melantai di bursa, saham Dana Brata Luhur (TEBE) melesat 49,77%
Walaupun berat, Okky optimistis paling tidak nilai IPO yang akan dicatatkan kurang lebih sama dengan tahun ini. Sebab, masih ada perusahaan-perusahaan bagus yang layak IPO.
Asal tahu saja, Kresna Sekuritas hingga akhir tahun ini sudah tidak ada lagi perusahaan IPO. Sejauh ini, Kresna Sekuritas sudah menggiring empat perusahaan, salah satu di antaranya adalah PT Digital Mediatama Maxima Tbk. (DMMX) dengan nilai Rp 619,23 miliar. triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News