Reporter: Abdul Wahid Fauzi | Editor: Test Test
JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) bersiap menggenjot produksi tahun depan. Demi menggapai tujuan itu, perusahaan tambang timah plat merah ini akan berfokus pada penambangan bijih timah lepas pantai.
Sebagai bekal mengeduk timah di lautan, emiten saham ini akan membeli delapan armada kapal, yang terdiri dari kapal keruk dan kapal isap. Untuk pengadaan satu kapal, TINS harus merogoh kocek Rp 25 miliar. Jadi, mereka harus menyiapkan dana sebanyak Rp 200 miliar demi mewujudkan rencana tersebut.
Sekretaris Perusahaan Timah, Abrun Abubakar, menjelaskan, tiga dari delapan kapal tersebut siap beroperasi pada Desember 2009. "Seluruh dana pengadaan kapal dari kas internal," kata Abrun.
Di luar anggaran belanja pembelian kapal itu, TINS juga menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) 2010 untuk membiayai ekspansi dan operasional. Sayang, manajemen perusahaan itu belum bersedia mengungkapkan nilai capex 2010, beserta sumbernya.
Hanya saja, Direktur Keuangan TINS Krisna Syarif, pernah bilang, perusahaan sedang menjajaki pinjaman bank, untuk menutupi kebutuhan capex tahun depan. TINS misalnya, sedang menjajaki utang Bank Mandiri.
Tahun ini, Timah tampak mengerem anggaran belanja. Sebagai catatan, tahun ini capex TINS sebesar Rp 1,4 triliun, dan baru terpakai Rp 488 miliar. "Kami melakukan efisiensi," ujar Abrun.
Melonjak tahun depan
Analis Danareksa Sekuritas, Metty Fauziah Wardhani, menilai langkah TINS memperbanyak kapal sangat tepat. Emiten saham ini bisa menghemat ongkos produksi, karena penambangan timah di laut lebih irit ketimbang di daratan. "Kalau ini terlaksana, laba bersihnya akan naik," imbuhnya, kemarin.
Kepala Riset Financorpindo Nusa, Edwin Sebayang menambahkan, cadangan timah milik TINS di darat sudah menipis. Dia juga setuju, TINS akan menghemat biaya berkat penambangan timah di laut. Ediwin pun memprediksikan, pendapatan TINS tahun depan bisa naik 20% dari tahun ini.
Metty melihat, jika sanggup memenuhi 60% produksi dari penambangan timah lepas pantai, tahun depan TINS bisa meraih laba bersih Rp 1,43 triliun. Angka ini meloncat 147% dari proyeksi laba bersih 2009 sebesar Rp 580 miliar.
Dengan estimasi kenaikan produksi timah itu, TINS berpeluang meraih pendapatan Rp 8,3 triliun, naik 19,42% dari prediksi pendapatan 2009 sebesar Rp 6,95 triliun.
Kenaikan nilai pendapatan dan laba bersih itu erat berkaitan dengan proyeksi harga timah tahun depan. Kata Metty, seiring pemulihan ekonomi, rata-rata harga timah di 2010 bisa mencapai US$ 16.000 per ton. Tahun ini, rata-rata harga jual timah TINS US$ 13.000 hingga US$ 14.000 per ton.
Memang, lanjut dia, kini rasio harga saham terhadap laba bersih per saham atau price earning ratio (PER) TINS sudah tergolong tinggi, yakni 17 kali. Toh, melihat prospek bisnis yang masih cerah, Metty merekomendasikan beli saham TINS dengan target harga Rp 3.475 per saham.
Edwin pun merekomendasikan beli saham TINS, dengan target harga Rp 2.400 per saham. Pada penutupan perdagangan kemarin (2/12), harga saham TINS naik 2,62% menjadi Rp 1.960 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News