Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham lapis tiga mulai menyedot perhatian pasar. Beberapa saham yang selama ini tersungkur di level terbawah alias saham gocap, terlihat mulai bangun dari tidurnya.
Bahkan, lima saham yang sebelumnya berada di level Rp 50, sukses menduduki puncak top gainers pada perdagangan Kamis (12/4). Volume yang ditransaksikan juga cukup besar. Misalnya saja, saham FREN, HADE, PLAS, MITI dan MIRA yang sama-sama mencetak kenaikan harga 34%, kemarin.
Selain itu, ada lima saham lagi yang sejak awal 2018 tak beranjak dari level kerak bursa dan kini mulai bangkit. Misalnya saham BBRM, ABBA, TRIL, SRSN dan TAXI. Di saham SRSN, investor bahkan sudah mulai melakukan akumulasi beli sejak 10 April. Kemudian, kenaikan harga saham ini berlanjut pada perdagangan hari berikutnya. Bahkan akhirnya perdagangan terhenti karena terkena auto reject.
Belum ketahuan ada aksi korporasi apa, sehingga saham-saham ini meroket. Tapi, saham gocap memang kerap jadi ajang spekulasi, terutama bagi trader yang ingin mencari untung cepat dalam jangka pendek. "Untuk spekulasi beli mencari capital gain boleh dilakukan sambil menunggu berita bagus seperti emiten akan melakukan aksi korporasi," ujar Bertoni Rio, Analis Senior Anugerah Sekuritas Indonesia, Rabu (11/4).
Dari sisi fundamental, tak ada yang istimewa dari saham-saham ini. Bahkan, dari daftar saham gocap itu, hanya SRSN saja yang berhasil mencetak laba bersih. Sementara sisanya masih harus menanggung kerugian.
Risiko tinggi
Karena ada di harga terendah, trader bisa langung menadah keuntungan meski harga hanya bergerak naik sedikit saja. Sebaliknya, risiko yang mengintai di saham gocap juga lumayan besar.
Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest Sekuritas, menyebutkan, sebelum masuk ke saham gocap, ada baiknya pelaku pasar memperhatikan rencana aksi korporasi si emiten. Tujuannya adalah untuk mengukur dampak aksi korporasi terhadap kinerja emiten pada tahun mendatang. "Kalau sekadar rumor, tidak cocok untuk investasi," ujar dia.
Menurut Aditya, sebaiknya pelaku pasar yang sudah untung di saham ini bisa langsung merealisasikan keuntungannya. "Pertimbangkan volumenya juga," imbuh dia.
Jika emiten ini memang berupaya memperbaiki kinerjanya, trader bisa masuk secara bertahap. "Saham ini volatilitas tinggi, jadi sangat berisiko. Lihat dulu dari sisi volume dan pantau juga laporan kinerja emiten tersebut," tegas Aditya.
Ia juga mengingatkan, beberapa saham ini bisa naik drastis, bisa jadi disebabkan ulah market maker yang bermodal besar. Sehingga tetap waspada, jangan sampai Anda terjebak di saham-saham ini hanya karena mengikuti arus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News